PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Agama merupakan konsep
religi klasik yang masih terus ada hingga sekarang. Berbagai ajaran darinya
kemudian dielaborasi dengan kondisi sosial-budaya-masyarakat sangat beragam.
Gesekan ini terkadang juga menimbulkan konflik intern agama maupun ekstern. Namun
dalam posisi bahwa agama merupakan kebutuhan mendasar, hal ini tidak
terelakkan. Bagaimanapun manusia memerlukan agama yang mampu menghantarkannya
kepada Tuhan semesta alam. Disinilah dapat diketahui fungsi dan peran agama
yang sesungguhnya dalam mengatasi pelbagai konflik dan juga persoalan yang
terjadi di tengah masyarakat.
- Rumusan Masalah
Pada makalah-makalah yang lalu telah
dijelaskan secara rinci pengertian dan ruang lingkup Ilmu Budaya Dasar maupun
apa itu konsep. Maka kali ini penulis akan merumuskan permasalahan pada dua
focus, yakni:
- Pengertian Agama
- Keterkaitan Tatanilai Agama dan Konsep Ilmu Budaya Dasar
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Agama
Agama merupakan suatu keyakinan yang berkaitan
dengan Tuhan. Atau dalam bahasa lain, agama merupakan jelmaan dari sebuah
keyakinan dasar tentang realitas keberadaan manusia itu sendiri.[1]
Agama sendiri bertujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan
jasmani. Jadi secara umum maksud dari keber-agama-an sangatlah baik. Karena di
samping fungsinya yang untuk pencerahan kepada Tuhan yang bersifat horizontal,
masing-masing agama juga mengajarkan kebaikan sesama dengna konsepnya
masing-masing.
Menurut Qurasy Shihab dalam karyanya “Wawasan
al-Qur’an”, tidaklah mudah mendefinisikan agama, karena pandangan tentangnya ditentukan pula oleh pemahaman
atas agama tersebut. Agama merupakan
fitrah yang ada pada diri manusia. hal ini sejalan dengan ayat al-Qur’an yang
artinya :
Fitrah Allah
yang menciptakan manusia atas fitrah itu
(QS Ad-Rum [30]: 30)
Beliau menilai bahwa agama merupakan kebutuhan
yang bersifat rohaniyah, jadi manusia tidak akan mampu melepaskan diri dari
agama.[2]
Meskipun terjadi penangguhan pemenuhan ber-agama namun pada akhirnya, menjelang
ajalnya manusia akan membutuhkan agama ini. Orang yang selalu percaya pada
Tuhan Yang Maha Esa akan merasa dilindungi dan tidak perlu takut menghadapi
situasi apapun. Mereka yakin bahwa tidak ada upaya dan pertolongan selain dari
Tuhan sehingga merasa aman, tentram dan damai hatinya. Kebutuhan akan rasa aman
inilah yang menyebabkan agama mempunyai peran dan posisi yang sangat penting
dalam upayanya mempengaruhi manusia.
Proses keyakinan beragama mempunyai konsep
yang berubah-ubah sesuai dengan pola pikir dan perkembangan zaman. Kalau dahulu
orang bisa meyakini Tuhan mereka adalah bintang, bulan matahari dan sebagainya,
maka kemdian muncullah Nabi-Nabi yang membawa wahyu sebagai bagian dari risalah
Tuhan. Risalah tersebut berupa seruan-seruan untuk berimbadah serta mengimani
Tuhan Yang Esa. Dengan begitu manusia tidak perlu takut lagi menghadapi
kehidupan setelah kematian. Manusia juga harus membawa persiapan yakni Iman,
Amal, dan Ibadah.[3]
Agama
merupakan komponen terpenting yang menentukan arah gerak manusia. Agama tidak
hanya meliputi tuntunan dalam spiritualitas namun juga meliputi seluruh
seluk-beluk persoalan manusia. Masing-masing agama mempunyai pedoman dan
tuntunan dasar atas berbagai aspek kehidupan manusia. "Selama manusia
masih memiliki naluri cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama
(berhubungan dengan Tuhan)." Itulah sebabnya mengapa perasaan takut
merupakan salah satu dorongan yang terbesar untuk
beragama.
Selain itu, kesadaran akan kelemahan diri juga
mendorng manusia untuk mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan begitu manusia
berharap dapat selalu terlindungi dari ancaman-ancaman, baik yang bersifat
fisik seperti penyakit maupun non-fisik seperti kegelisahan, ketakutan, dan
lain sebagainya. Akhirnya “suatu kekuatan” yang berasal dari bukan dirinya
adalah tentang Tuhan dan Agama.[4]
Jadi, bagaimanapun hebatnya seorang manusia,
ia tetap memiliki kelemahan, ketakutan, kegelisahan yang membuat manusia secara
instinktif akan mencari sesuatu tempat ia bersandar, berpedoman dasar tentang
kehidupan dan harapan dari segala kepelikan permasalahan hidup. Hal tersebut
terdapat dalam konsep-konsep keber-agama-an. Jelaslah disini bahwa manusia
memerlukan agama , karena agamalah yang menunjukkan mana yang baik dan mana
yang buruk. Antara agama dan Tuhanpun tidak dapat dipisahkan. Masing-masing
yakni Tuhan-agama-manusia mempunyai keterkaitan erat dalam upaya manusia menuju
hal terbaik yang mampu ia lakukan.
- Keterkaitan Tata Nilai Agama dan Konsep Ilmu Budaya Dasar.
Kita telah membahas mengenai pentingnya agama
dalam kehidupan manusia meskipun tidak semua manusia memegag teguh prinsip
agama. Ada tiga aspek penting yang perlu dipelajari disini, yakni kebudayaan,
sistem social dan kepribadian. Ketiganya saling berkaitan dalam upayanya
meneguhkan fungsi dari agama itu sendiri.
Kebudayaan dalam pandangan teori fungsional
ialah bahwa kebudayaan merupakan suatu konsep yang sangat kompleks mengenai
ide-ide atau gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan dan sistem social yang terdiri
dari aktivitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergaul dengan
yang lain.[5]
Dalam hal ini kebudayaan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur
dan bertindak dalam suatu masyarakat social untuk mewujudkan suatu cita-cita
bersama.
Sedangkan teori fungsional melihat bahwa agama
sebagai penyebab social yang dominan dalam membentuk lapisan masyarakat,
perasaan agama dan juga konflik social.[6]
Karnanya agama mempunya peranan yang sangat penting dalam upayanya membentuk
suatu nila dan tatanan masyarat bahkan yang
berbudaya. Agama juga dipandang sebagai lembaga social atas tatanilai budaya
yang mampu menjawab kebutuhan mendasar mengenai nilai-nilai etis dan estetik.
Sedangkan Quraish
Shihab yang mengutip dari Murtadha Muttahari dalam pengertian lainnya mengenai
fungsi dari agama ini berpendapat bahwa I1mu yang mempercepat Anda sampai ke
tujuan, maka agamalah yang menentukan arah yang dituju, bahwa jika Ilmu
menyesuaikan manusia dengan lingkungannya, maka agama menyesuaikan dengan jati
dirinya. Jika Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan, maka agama memberi
harapan dan dorongan bagi jiwa.[7]
Sebagaimana diketahui bahwa manusia terdiri dari akal, jiwa dan jasmani.
Meskipun akal mempunyai peranan yaan penting, namun tidak semua persoalan dapat
dipecahkan oleh akal. Seperti karya-karya sastra yang memerlukan kalbu, dan
juga penjiwaan.
Pandangan
mengenai keber-agamaan juga meliputi tiga hal, yaitu keindahan, kebenaran, dan
kebaikan. Gabungan ketiganya dianggap suci. Jika manusia ingin mengetahui siapa
atau apa Yang Mahasuci, dan ketika itulah dia menemukan Tuhan, dan sejak itu
pula ia berusaha berhubungan dengan-Nya bahkan berusaha untuk meneladani
sifat-sifat-Nya. Usaha itulah yang dinamai beragama, atau dengan kata lain,
keberagamaan adalah terpatrinya rasa kesucian dalam jiwa beseorang. Karena itu
seorang yang beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang
benar, yang baik, lagi yang indah.[8]
Dari sini bisa disimpulkan bahwa agama bukan sekedar kebutuhan, tetapi juga
selalu relevan dengan kondisi persoalan yang sedang dihadapi manusia. Tiap
orang merindukan keindahan, kebaikan, dan juga kebenaran.
Fungsi dan
keterkaitan agama dalam dimensi kebudayaan masyrakat ialah juga dalam agama
terdapat suatu pengukuhan niai-nilai yang bersumber dari kerangka acuan yang
bersifat sacral, maka normanyapun
dikukuhkan dengan sanksi sakral.[9]
Inilah yangg kemudian menyebabkan keluasan pengaruh dari agama dalam kebudayaan
masyarakat. Jadi, agama dan konsep kebudayaan sangatlah berkaitan erat. Konsep
tersebut meliputi tatanilai, lapisan masyarakat dan juga pengaruh sosio-politik
masyarakat tersebut.
Agama memegang peranan penting dalam mempengaruhi
norma, perilaku, dan sikap hidup individu maupun masyarakat. Nilai-nilai
keagamaan sekarang mengalami universalisme sehingga memperluas partisipasi
dalam masyarakat kepada semua anggotanya. Agama diyakini menjalankan beberapa
fungsi dalam masyarakat, seperti fungsi edukatif, fungsi penyelamatan, fungsi
memupuk persaudaraan, fungsi pengawasan sosial, serta fumgsi transformatif.
Berikut ini akan dibahas masing-masing fungsi tersebut:
1.
Fungsi edukatif
Fungsi edukatif merupakan salah satu tujuan utama
agama. Dalam pengajarannya agama selalu mendorong agar setiap individu selalu
patuh dan taat serta mempraktekan ajaran dan perintah sesuai dengan agamanya.
Melalui kehidupan rohani agamanya, seseorang diajarkan agar dapat tumbuh dewasa
dan mengembangkan kepribadian yang baik sejalan dengan aturan dan nilai-nilai
keagamaan. Dalam proses mengedukatif, unsur-unsur keagamaan telah mencakup
kedalam bidang politik. Beberapa landasan dan dasar pemikiran politis berpegang
kepada agama, sehingga menyebabkan timbulnya perpaduan nilai keagamaan dan
politik. Atas peran edukatif ini, agama semakin semaki dipandang sebagai suatu
keharusan dalam tindakannnya untuk memberikan konstribusi kepada masyarakat
dalam bentuk pengajaran dan bimbingan.
2.
Fungsi penyelamatan
Agama yang merupakan pegangan dan pedoman hidup
manusia diyakini merupakan jaminan yang paling utama dalam memperoleh
keselamatan. Melalui ajaran agama diajarkan dan disebutkan cara dan aturan yang
harus dipatuhi, ditaati, dan dijalankan agar dapat memperoleh keselamatan.
Fungsi penyelamatan juga mencakup kehidupan manusia setelah berakhir d dunia
dan harus memasuki duni akhirat. Agama mengajarkan kepada umatnya agar selalu
berbuat baik sesuai dengan perintah dan nilai-nilai agama sehingga perbuatan
baik tersebut akan membawanya ke “tempat bahagia”.
3.
Fungsi memupuk persaudaraan
Agama bersifat universal dan penganutnya terdapat
dimana-mana dibelahan dunia manapun dan penganutnya berasal dari latar belakang
sosial yang berbeda, suku, ras, warna kulit, gender, derajat sosial, pekerjaan,
dan kasta yang berbeda-beda. Hal ini tercantum dalam al Qur’an, surat
Hujuratayat 13 yang artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya kami jadikan
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya
orang yang paling mulya disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. Agama dapat
dikatakan berfungsi memupuk rasa persaudaraan diantara sesama manusia dalam
menjalani hubungan erat.
Menurut
Glock dan Stark (Robertson, 1998), ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu:
1.
Dimensi keyakinan.
Dimensi ini berisi penharapan dimana orang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran
doktrin-doktrin tertentu.
2.
Dimensi praktik agama.
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan
hal-hal yang dilakukan untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
3.
Dimensi penghayatan.
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa
semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika
dikatakan bahwa seseorang ang beragama dengan baik pada sewaktu-waktu akan
mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai.
4.
Dimensi pengetahuan agama.
Dimensi in mengacu kepada harapan bahwa orang-orang
yang beragama harus memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar
keyakinan, kitab suci, dan tradisi-tradisi.
5.
Dimensi pengalaman.
Dimensi mengacu pada identifikasi akibat-akibat
keyakian keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari-kehari.
PENUTUP
Kesimpulan
- Agama merupakan fitrah manusia yang tidak terpisahkan dari sifat mani bagi sesamanyausia yang merindukan, ketenangan, keindahan dan juga kebenaran. Beragama juga berarti menjadi lebih berarti
- Agama dan konsep kebudayaan saling terkait dan mempengaruhi. Karna norma yang dihasilkan oleh budaya juga berasal dari agama, dan agama menyusup pada masyarakat melalui kebudayaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mustopo, M. Habib, Ilmu Budaya Dasar,
Surabaya; Usaha Nasional
Shihab, Quraish Wawasan al-Qur’an, Bandung:
Penerbit Mizan, 1996
Soelaeman, Munandar
Ilmu social dasar, Bandung: PT Refika Aditama, 2008
Widagdho dkk, Joko Ilmu Budaya
Dasar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010
Taufik Hidayat
26/10/2011
23:25
Liputan6.com, Bandung: Puluhan
aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa se-Bandung
Raya dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) wilayah Jawa Barat,
Rabu (26/10), menolak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Bandung
dalam rangka kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia.
Aksi digelar tepat di depan pintu gerbang pangkalan TNI AU Husein Sastranegara di Jalan Pajajaran, Bandung. Demo juga diwarnai aksi pocong bergambar foto SBY serta poster berisi ucapan berduka cita terhadap SBY yang dinilai telah gagal memimpin bangsa. Mereka menilai janji-jani SBY untk memberantas korupsi juga hanya janji manis dan tidak pernah terbukti.
Unjuk rasa juga berlangusng di depan Kompleks Gedung Sate. Di situ puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Komite Penyelamat Bangsa berorasi. Aksi dilakukan karena mahasiswa kecewa dengan kepemimpinan SBY-Boediono yang dinilai gagal.
Mahasiswa sempat meminta anggota DPRD Jawa
Barat membacakan tuntutan mereka yang isinya agar SBY-Boediono mundur dari
jabatannya. Namun hal itu ditolak para anggota dewan.
Mengapa mahasiswa Bandung tolak kedatangan SBY?
-
Karena
berpendapat bahwa pemerintahan SBY telah lambat bahkan gagal mengatasi budaya
korupsi yang merajalela dikalangan pemerintahan.
-
Karena melihat
lambatnya kinerja pemerintahan dalam mengatasi problem-problem baik kemiskinan
maupun pendidikan. Iming-iming seperti Raskin (beras miskin), subsidi untuk
orang miskin maupun LPJ bukanlah hal tepat dalam upaya menurunkan angka
keniskinan.
-
Menilai bahwa
SBY adlah orang yang kurang tegas dan cenderung plin-plan mengahadapi berbagai
persoalan bangsa yang sifatnya darurat.
-
Memandang
bahwa kabinet Indonesia bersatu jilid II secara terang-terangan dan terbukti
melakukan praktik korup, baik dari anggota dewan maupun lainnya. SBY juga
terlihat cuci tangan dan tidak mampu menetramkan masyarakat dengan membuat
misalnya Kepres mengenai sanksi berat agar para koruptor menjadi jera.
Alih-alih membuat tindakan yang tegas SBY justru menyerahkan permasalahan ini
pada yang hukum berwenang yang juga diduga terlibat dlam praktik korup
tersebut.
Solusi:
-
Seharusnya SBY
melakukan kebijakan yang jelas dan tidakmemanjakan masyarakat seperti kebijakan
mengenai lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya demi mengatasi kemiskinan,
tidak hanya memberikan subsidi ini dan itu karena hanya memberi ikan tanpa
mengajari memancing. Jika hanya begitu masyarakat Indonesia semakin tidak
mengerti pentingnya bekerja dan bergantung sepenuhnya kepada pemerintah. Hal
tersebut juga menghamburkan dana APBN yang semestinya dapat dikelola dengan
baik dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya.
-
Harusnya SBY
membuat suatu kebijakan yang sangat tegas kepada para pelaku yang dinyatakan
korup, seperti hukuman mati agar dapat menimbulkan efek jera bagi yang lain.
Kebijakan ini telah diterapkan di Cina dan terbukti mengurangi angka korupsi
disana.
-
SBY membuat
hubungan yang bagus di lembaga-lembaga Internasional terutama Amerika dengan
tanpa disadari kekayaan sumber daya alam kita habis di jarah mereka, mulai dari
PT. Freeport, tambang dan kekayaan alam di Kalimantan, sumatera dan lainnya.
Dalam hal ini seharusnya Indoesialah yang mempekerjakan mereka dan bukan
sebaliknya sehingga keuntungan dari kekayaan ini tidak masuk ke kantong para para
kolonial halus tersebut.
-
Pada kabinet
Indonesia bersatu Jilid II, sudah seharusnya para Mentri diuji dengan ketat
agar tidak menimbulkan konflik politik berkepanjangan yang menyebabkan angka
kepercayaan masyarakat menurun drastis. Dengan begitu tidak perlu ada reshuffle
besar-besaran yang mengurangi masakerja pemerintahan. Agar masa pemeritahan
yang hanya empat tahun dapat menjadi masa pemerintahan dengan kebijakan dan
kinerja yang lebih efektif.
[1] M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya
Dasar, (Surabaya; Usaha Nasional), hal: 59
[2] Quraish Shihab, Wawasan
al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hal: 366
[3] M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya
Dasar … hal: 60-61
[4] Joko Widagdho dkk, Ilmu Budaya
Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal: 141-142
[5] Munandar soelaeman, Ilmu social
dasar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hal: 279-280
[6] Munandar soelaeman, Ilmu social
dasar… hal: 280
[7] Quraish Shihab, Wawasan
al-Qur’an… hal: 367