Rabu, 24 Juli 2013

KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM AGAMA BY LUTFYA NAQYA



PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Agama merupakan konsep religi klasik yang masih terus ada hingga sekarang. Berbagai ajaran darinya kemudian dielaborasi dengan kondisi sosial-budaya-masyarakat sangat beragam. Gesekan ini terkadang juga menimbulkan konflik intern agama maupun ekstern. Namun dalam posisi bahwa agama merupakan kebutuhan mendasar, hal ini tidak terelakkan. Bagaimanapun manusia memerlukan agama yang mampu menghantarkannya kepada Tuhan semesta alam. Disinilah dapat diketahui fungsi dan peran agama yang sesungguhnya dalam mengatasi pelbagai konflik dan juga persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.        
  1. Rumusan Masalah
Pada makalah-makalah yang lalu telah dijelaskan secara rinci pengertian dan ruang lingkup Ilmu Budaya Dasar maupun apa itu konsep. Maka kali ini penulis akan merumuskan permasalahan pada dua focus, yakni:
  1. Pengertian Agama
  2. Keterkaitan Tatanilai Agama dan Konsep Ilmu Budaya Dasar

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Agama
Agama merupakan suatu keyakinan yang berkaitan dengan Tuhan. Atau dalam bahasa lain, agama merupakan jelmaan dari sebuah keyakinan dasar tentang realitas keberadaan manusia itu sendiri.[1] Agama sendiri bertujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani. Jadi secara umum maksud dari keber-agama-an sangatlah baik. Karena di samping fungsinya yang untuk pencerahan kepada Tuhan yang bersifat horizontal, masing-masing agama juga mengajarkan kebaikan sesama dengna konsepnya masing-masing.
Menurut Qurasy Shihab dalam karyanya “Wawasan al-Qur’an”, tidaklah mudah mendefinisikan agama, karena pandangan   tentangnya ditentukan pula oleh pemahaman atas agama tersebut.  Agama merupakan fitrah yang ada pada diri manusia. hal ini sejalan dengan ayat al-Qur’an yang artinya :
Fitrah Allah yang menciptakan manusia atas fitrah itu
(QS Ad-Rum [30]: 30)
Beliau menilai bahwa agama merupakan kebutuhan yang bersifat rohaniyah, jadi manusia tidak akan mampu melepaskan diri dari agama.[2] Meskipun terjadi penangguhan pemenuhan ber-agama namun pada akhirnya, menjelang ajalnya manusia akan membutuhkan agama ini. Orang yang selalu percaya pada Tuhan Yang Maha Esa akan merasa dilindungi dan tidak perlu takut menghadapi situasi apapun. Mereka yakin bahwa tidak ada upaya dan pertolongan selain dari Tuhan sehingga merasa aman, tentram dan damai hatinya. Kebutuhan akan rasa aman inilah yang menyebabkan agama mempunyai peran dan posisi yang sangat penting dalam upayanya mempengaruhi manusia.
Proses keyakinan beragama mempunyai konsep yang berubah-ubah sesuai dengan pola pikir dan perkembangan zaman. Kalau dahulu orang bisa meyakini Tuhan mereka adalah bintang, bulan matahari dan sebagainya, maka kemdian muncullah Nabi-Nabi yang membawa wahyu sebagai bagian dari risalah Tuhan. Risalah tersebut berupa seruan-seruan untuk berimbadah serta mengimani Tuhan Yang Esa. Dengan begitu manusia tidak perlu takut lagi menghadapi kehidupan setelah kematian. Manusia juga harus membawa persiapan yakni Iman, Amal, dan Ibadah.[3]
Agama merupakan komponen terpenting yang menentukan arah gerak manusia. Agama tidak hanya meliputi tuntunan dalam spiritualitas namun juga meliputi seluruh seluk-beluk persoalan manusia. Masing-masing agama mempunyai pedoman dan tuntunan dasar atas berbagai aspek kehidupan manusia. "Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan)." Itulah sebabnya mengapa perasaan takut merupakan salah satu dorongan yang terbesar untuk
beragama.
Selain itu, kesadaran akan kelemahan diri juga mendorng manusia untuk mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan begitu manusia berharap dapat selalu terlindungi dari ancaman-ancaman, baik yang bersifat fisik seperti penyakit maupun non-fisik seperti kegelisahan, ketakutan, dan lain sebagainya. Akhirnya “suatu kekuatan” yang berasal dari bukan dirinya adalah tentang Tuhan dan Agama.[4]
Jadi, bagaimanapun hebatnya seorang manusia, ia tetap memiliki kelemahan, ketakutan, kegelisahan yang membuat manusia secara instinktif akan mencari sesuatu tempat ia bersandar, berpedoman dasar tentang kehidupan dan harapan dari segala kepelikan permasalahan hidup. Hal tersebut terdapat dalam konsep-konsep keber-agama-an. Jelaslah disini bahwa manusia memerlukan agama , karena agamalah yang menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. Antara agama dan Tuhanpun tidak dapat dipisahkan. Masing-masing yakni Tuhan-agama-manusia mempunyai keterkaitan erat dalam upaya manusia menuju hal terbaik yang mampu ia lakukan.

  1. Keterkaitan Tata Nilai Agama dan Konsep Ilmu Budaya Dasar.
Kita telah membahas mengenai pentingnya agama dalam kehidupan manusia meskipun tidak semua manusia memegag teguh prinsip agama. Ada tiga aspek penting yang perlu dipelajari disini, yakni kebudayaan, sistem social dan kepribadian. Ketiganya saling berkaitan dalam upayanya meneguhkan fungsi dari agama itu sendiri.
Kebudayaan dalam pandangan teori fungsional ialah bahwa kebudayaan merupakan suatu konsep yang sangat kompleks mengenai ide-ide atau gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan dan sistem social yang terdiri dari aktivitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergaul dengan yang lain.[5] Dalam hal ini kebudayaan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur dan bertindak dalam suatu masyarakat social untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama.
Sedangkan teori fungsional melihat bahwa agama sebagai penyebab social yang dominan dalam membentuk lapisan masyarakat, perasaan agama dan juga konflik social.[6] Karnanya agama mempunya peranan yang sangat penting dalam upayanya membentuk suatu nila dan tatanan masyarat  bahkan yang berbudaya. Agama juga dipandang sebagai lembaga social atas tatanilai budaya yang mampu menjawab kebutuhan mendasar mengenai nilai-nilai etis dan estetik.
Sedangkan Quraish Shihab yang mengutip dari Murtadha Muttahari dalam pengertian lainnya mengenai fungsi dari agama ini berpendapat bahwa I1mu yang mempercepat Anda sampai ke tujuan, maka agamalah yang menentukan arah yang dituju, bahwa jika Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya, maka agama menyesuaikan dengan jati dirinya. Jika Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan, maka agama memberi harapan dan dorongan bagi jiwa.[7] Sebagaimana diketahui bahwa manusia terdiri dari akal, jiwa dan jasmani. Meskipun akal mempunyai peranan yaan penting, namun tidak semua persoalan dapat dipecahkan oleh akal. Seperti karya-karya sastra yang memerlukan kalbu, dan juga penjiwaan.

Pandangan mengenai keber-agamaan juga meliputi tiga hal, yaitu keindahan, kebenaran, dan kebaikan. Gabungan ketiganya dianggap suci. Jika manusia ingin mengetahui siapa atau apa Yang Mahasuci, dan ketika itulah dia menemukan Tuhan, dan sejak itu pula ia berusaha berhubungan dengan-Nya bahkan berusaha untuk meneladani sifat-sifat-Nya. Usaha itulah yang dinamai beragama, atau dengan kata lain, keberagamaan adalah terpatrinya rasa kesucian dalam jiwa beseorang. Karena itu seorang yang beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, yang baik, lagi yang indah.[8] Dari sini bisa disimpulkan bahwa agama bukan sekedar kebutuhan, tetapi juga selalu relevan dengan kondisi persoalan yang sedang dihadapi manusia. Tiap orang merindukan keindahan, kebaikan, dan juga kebenaran.
Fungsi dan keterkaitan agama dalam dimensi kebudayaan masyrakat ialah juga dalam agama terdapat suatu pengukuhan niai-nilai yang bersumber dari kerangka acuan yang bersifat sacral, maka normanyapun dikukuhkan dengan sanksi sakral.[9] Inilah yangg kemudian menyebabkan keluasan pengaruh dari agama dalam kebudayaan masyarakat. Jadi, agama dan konsep kebudayaan sangatlah berkaitan erat. Konsep tersebut meliputi tatanilai, lapisan masyarakat dan juga pengaruh sosio-politik masyarakat tersebut.
Agama memegang peranan penting dalam mempengaruhi norma, perilaku, dan sikap hidup individu maupun masyarakat. Nilai-nilai keagamaan sekarang mengalami universalisme sehingga memperluas partisipasi dalam masyarakat kepada semua anggotanya. Agama diyakini menjalankan beberapa fungsi dalam masyarakat, seperti fungsi edukatif, fungsi penyelamatan, fungsi memupuk persaudaraan, fungsi pengawasan sosial, serta fumgsi transformatif. Berikut ini akan dibahas masing-masing fungsi tersebut:
1. Fungsi edukatif
Fungsi edukatif merupakan salah satu tujuan utama agama. Dalam pengajarannya agama selalu mendorong agar setiap individu selalu patuh dan taat serta mempraktekan ajaran dan perintah sesuai dengan agamanya. Melalui kehidupan rohani agamanya, seseorang diajarkan agar dapat tumbuh dewasa dan mengembangkan kepribadian yang baik sejalan dengan aturan dan nilai-nilai keagamaan. Dalam proses mengedukatif, unsur-unsur keagamaan telah mencakup kedalam bidang politik. Beberapa landasan dan dasar pemikiran politis berpegang kepada agama, sehingga menyebabkan timbulnya perpaduan nilai keagamaan dan politik. Atas peran edukatif ini, agama semakin semaki dipandang sebagai suatu keharusan dalam tindakannnya untuk memberikan konstribusi kepada masyarakat dalam bentuk pengajaran dan bimbingan.

2. Fungsi penyelamatan
Agama yang merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia diyakini merupakan jaminan yang paling utama dalam memperoleh keselamatan. Melalui ajaran agama diajarkan dan disebutkan cara dan aturan yang harus dipatuhi, ditaati, dan dijalankan agar dapat memperoleh keselamatan. Fungsi penyelamatan juga mencakup kehidupan manusia setelah berakhir d dunia dan harus memasuki duni akhirat. Agama mengajarkan kepada umatnya agar selalu berbuat baik sesuai dengan perintah dan nilai-nilai agama sehingga perbuatan baik tersebut akan membawanya ke “tempat bahagia”.
3. Fungsi memupuk persaudaraan
Agama bersifat universal dan penganutnya terdapat dimana-mana dibelahan dunia manapun dan penganutnya berasal dari latar belakang sosial yang berbeda, suku, ras, warna kulit, gender, derajat sosial, pekerjaan, dan kasta yang berbeda-beda. Hal ini tercantum dalam al Qur’an, surat Hujuratayat 13 yang artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulya disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. Agama dapat dikatakan berfungsi memupuk rasa persaudaraan diantara sesama manusia dalam menjalani hubungan erat.
Menurut Glock dan Stark (Robertson, 1998), ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu:
1. Dimensi keyakinan.
Dimensi ini berisi penharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tertentu.
2. Dimensi praktik agama.
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
3. Dimensi penghayatan.
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang ang beragama dengan baik pada sewaktu-waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai.
4. Dimensi pengetahuan agama.
Dimensi in mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama harus memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab suci, dan tradisi-tradisi.
5. Dimensi pengalaman.
Dimensi mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakian keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari-kehari.



PENUTUP
Kesimpulan
  1. Agama merupakan fitrah manusia yang tidak terpisahkan dari sifat mani bagi sesamanyausia yang merindukan, ketenangan, keindahan dan juga kebenaran. Beragama juga berarti menjadi lebih berarti
  2. Agama dan konsep kebudayaan saling terkait dan mempengaruhi. Karna norma yang dihasilkan oleh budaya juga berasal dari agama, dan agama menyusup pada masyarakat melalui kebudayaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Mustopo, M. Habib, Ilmu Budaya Dasar, Surabaya; Usaha Nasional
Shihab, Quraish Wawasan al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, 1996
Soelaeman,  Munandar Ilmu social dasar, Bandung: PT Refika Aditama, 2008
Widagdho dkk, Joko Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010

Mahasiswa Tolak Kedatangan SBY ke Bandung  
Taufik Hidayat
26/10/2011 23:25
Liputan6.com, Bandung: Puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa se-Bandung Raya dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) wilayah Jawa Barat, Rabu (26/10), menolak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Bandung dalam rangka kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia.

Aksi digelar tepat di depan pintu gerbang pangkalan TNI AU Husein Sastranegara di Jalan Pajajaran, Bandung. Demo juga diwarnai aksi pocong bergambar foto SBY serta poster berisi ucapan berduka cita terhadap SBY yang dinilai telah gagal memimpin bangsa. Mereka menilai janji-jani SBY untk memberantas korupsi juga hanya janji manis dan tidak pernah terbukti.

Unjuk rasa juga berlangusng di depan Kompleks Gedung Sate. Di situ puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Komite Penyelamat Bangsa berorasi. Aksi dilakukan karena mahasiswa kecewa dengan kepemimpinan SBY-Boediono yang dinilai gagal.


Mahasiswa sempat meminta anggota DPRD Jawa Barat membacakan tuntutan mereka yang isinya agar SBY-Boediono mundur dari jabatannya. Namun hal itu ditolak para anggota dewan.

Mengapa mahasiswa Bandung tolak kedatangan SBY?
-          Karena berpendapat bahwa pemerintahan SBY telah lambat bahkan gagal mengatasi budaya korupsi yang merajalela dikalangan pemerintahan.
-          Karena melihat lambatnya kinerja pemerintahan dalam mengatasi problem-problem baik kemiskinan maupun pendidikan. Iming-iming seperti Raskin (beras miskin), subsidi untuk orang miskin maupun LPJ bukanlah hal tepat dalam upaya menurunkan angka keniskinan.
-          Menilai bahwa SBY adlah orang yang kurang tegas dan cenderung plin-plan mengahadapi berbagai persoalan bangsa yang sifatnya darurat.
-          Memandang bahwa kabinet Indonesia bersatu jilid II secara terang-terangan dan terbukti melakukan praktik korup, baik dari anggota dewan maupun lainnya. SBY juga terlihat cuci tangan dan tidak mampu menetramkan masyarakat dengan membuat misalnya Kepres mengenai sanksi berat agar para koruptor menjadi jera. Alih-alih membuat tindakan yang tegas SBY justru menyerahkan permasalahan ini pada yang hukum berwenang yang juga diduga terlibat dlam praktik korup tersebut.

Solusi:
-          Seharusnya SBY melakukan kebijakan yang jelas dan tidakmemanjakan masyarakat seperti kebijakan mengenai lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya demi mengatasi kemiskinan, tidak hanya memberikan subsidi ini dan itu karena hanya memberi ikan tanpa mengajari memancing. Jika hanya begitu masyarakat Indonesia semakin tidak mengerti pentingnya bekerja dan bergantung sepenuhnya kepada pemerintah. Hal tersebut juga menghamburkan dana APBN yang semestinya dapat dikelola dengan baik dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya.
-          Harusnya SBY membuat suatu kebijakan yang sangat tegas kepada para pelaku yang dinyatakan korup, seperti hukuman mati agar dapat menimbulkan efek jera bagi yang lain. Kebijakan ini telah diterapkan di Cina dan terbukti mengurangi angka korupsi disana.
-          SBY membuat hubungan yang bagus di lembaga-lembaga Internasional terutama Amerika dengan tanpa disadari kekayaan sumber daya alam kita habis di jarah mereka, mulai dari PT. Freeport, tambang dan kekayaan alam di Kalimantan, sumatera dan lainnya. Dalam hal ini seharusnya Indoesialah yang mempekerjakan mereka dan bukan sebaliknya sehingga keuntungan dari kekayaan ini tidak masuk ke kantong para para kolonial halus tersebut.
-          Pada kabinet Indonesia bersatu Jilid II, sudah seharusnya para Mentri diuji dengan ketat agar tidak menimbulkan konflik politik berkepanjangan yang menyebabkan angka kepercayaan masyarakat menurun drastis. Dengan begitu tidak perlu ada reshuffle besar-besaran yang mengurangi masakerja pemerintahan. Agar masa pemeritahan yang hanya empat tahun dapat menjadi masa pemerintahan dengan kebijakan dan kinerja yang lebih efektif.


[1] M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya; Usaha Nasional), hal: 59
[2] Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hal: 366
[3] M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar … hal: 60-61
[4] Joko Widagdho dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal: 141-142
[5] Munandar soelaeman, Ilmu social dasar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hal: 279-280
[6] Munandar soelaeman, Ilmu social dasar… hal: 280
[7] Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an… hal: 367
[8] Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an… hal: 369
[9] Munandar soelaeman, Ilmu social dasar… hal: 281

GELISAH DAN HARAPAN by Lutfya Naqya

[Rangkuman IBD] Manusia Dan Harapan
A. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan.Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan – pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing.Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.
B. Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial.Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat.Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup.Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.     Dorongan kodrat, ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
2.    Dorongan kebutuhan hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a)      Kelangsungan hidup (survival)
b)      Keamanan (safety)
c)      Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)      Diakui linkungan (status)
e)      Perwujudan cita – cita (self actualization)

C. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal – hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan:
·         Ia tidak percaya pada diri sendiri.
·         Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.
·         Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.
·         Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
D. Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1.     Kepercayaan pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya dapat menang, dirinya mampu mengerjakan apa yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2.    Kepercayaan kepada orang lain, dimana orang percaya terhadap kata hati, perbuatanya sesuai atau terhadap kebenaran orang lain.
3.    Kepercayaan kepada pemerintah, karena pada dasarnya negara berorientasi pada Tuhan dan kepentingan rakyat, sudah seharusnya kalau sebagai warga negara mempercayai pemerintah / negara.
4.    Kepercayaan kepada Tuhan, merupakan hal yang sangat penting percaya kepada Tuhan. Dikarenakan keberadaan manusia yang tidak dengan sendirinya melainkan diciptakan oleh Tuhannya.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya.Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
1.     Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
2.    Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
3.    Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan dan sebagainya.
4.    Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
5.    Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah dan sebagainya

A. PENGERTIAN KEGELISAHAN
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas.Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang yang tidak tenteram hati maupun perbuatan, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan dapat diketahui dari gejala tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangan, duduk termenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung, dan malas bicara.
Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik, dan kecemasan moril.
a). Kecemasan obyektif
Pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau bahaya dunia luar.Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
b). Kecemasan neorotis (syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni:
1.     Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, dan orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.
2.    Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya.
3.    Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id, meskipun ego dan superego melarangnya.
c). Kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang.Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi, antara lain iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, dan rasa kurang.
Rasa iri, benci, dengki, dendam merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu, sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain. Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.
§  SEBAB-SEBAB ORANG GELISAH
Sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya.Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
§  USAHA-USAHA MENGATASI KEGELISAHAN
1.     Mulai dari diri kita sendiri, yaitu bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga segala kesulitan dapat kita atasi.
2.    Memasrahkan diri kepada Tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada-Nya. Kita harus percaya bahwa Tuhan Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun.
B. KETERASINGAN
Katerasingan berasal dari kata terasing, dan dari kata dasar asing.Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Jadi kata keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga ia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat. Perbuatan iti misalnya mencuri, memperkosa, mengganggu istri orang, menghina orang, dan sombong.
C. KESEPIAN
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman.
§  Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian.Salah satunya frustasi. Dalam hal itu, orang tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan lebih senang hidup sendiri. Orang yang frustasi itu bersikap rendah diri, sengaja menjauhi pergaulan ramai.Orang yang bersikap rendah diri, pemalu, minder, merasa dirinya kurang berharga dibanding orang lain, maka orang itu lebih suka menyendiri.Karena menyendiri itu mengakibatkan kesepian.
D. KETIDAKPASTIAN
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas.Ketidakpastian artinya keadaan yang tidak pasti, tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, keadaan tanpa arah yang jelas, keadaan tanpa asal-usul yang jelas.
§  Sebab-sebab terjadi ketidakpastian
Orang yang pikirannya terganggu tidak dapat berpikir secara teratur, apalagi mengambil kesimpulan.Dalam berpikir, manusia selalu menerima rangsang-rangsang lain, sehingga jalan pikirannya menjadi kacau oleh rangsang-rangsang baru. Kalau toh ia dapat berpikir baik akan memakan waktu yang cukup lama dan sukar. Beberapa sebab orang tak dapat berpikir dengan pasti ialah:
1.     Obsesi
Gejala neurosa jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tak diketahui oleh penderita.Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia.
1.     Phobia
Rasa ketakutan yang tak terkendali, tidak normal, kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab-sebabnya.
1.     Kompulasi
Adanya keragu-raguan tentang apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari melakukan perbuatan yang serupa berkali-kali.
1.     Histeria
Neorosa jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, sugesti dari sikap orang lain.
1.     Delusi
Pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan suatu keyakinan palsu. Delusi ada tiga macam, yaitu:
a) Delusi persekusi ;Menganggap keadaan sekitarnya jelek.
b) Delusi keagungan ;Menganggap dirinya orang penting dan besar.
c) Delusi melancholis ;Merasa dirinya bersalah, hina, dan berdosa.
1.     Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera.Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakai obat bius.Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan dasarnya, sehingga dengan timbulnya halusinasi dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
1.     Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang sangat berpengaruh oleh emosinya. Ini nampak pada keseluruhan pribadinya, antara lain gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu gembira dengan gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara.Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, termenung, dan menyendiri.
§  Usaha-usaha penyembuhan ketidakpastian
1.     Untuk dapat menyembuhkan keadaan itu tergantung kepada mental penderita. Andaikata penyebab sudah diketahui, kemungkinan juga tidak dapat sembuh. Bila hal itu terjadi, maka jalan yang paling baik bagi penderita ialah diajak atau pergi sendiri ke psikolog.
2.    Bila penyebabnya itu jelas, misalnya rindu, obatnya mudah, yaitu dipertemukan dengan orang yang dirindukan.
3.    Phobia atau jenis takut bisa dilatih dari sedikit, sehingga tidak takut lagi.
4.    Orang yang bersikap sombong atau angkuh,bila mengalami musibah baru berkurang kesombongannya, tetapi mungkin tidak. Andaikata mereka sadar, kesembuhan itu adalah karena pengalaman. Jadi yang menyembuhkan adalah masyarakat sekitarnya dan dirinya sendiri.

KOMPATIBILITAS SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DENGAN TEKS AL-QUR’AN

Oleh : Lutfiyatun Nakiyah PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Sistem politik pemerintahan berkembang demikian pesatnya dari masa...