Jumat, 21 November 2014

Filsafat Semester V tempoe doeloe ..

Nama          : Lutfiyatun Nakiyah
NIM             : 08210334
Semester  : V Ushuluddin jur. Tafsir Hadits


Soal


  1. Bagaimana kontak awal Islam (muslim) dengan filsafat Yunani?
  2. Bagaimana hubungan filsafat Islam dengan filsafat Yunani?
  3. Bagaimana cerita Abu Bakar ar-Razi terhadap agama?
  4. Jelaskan filsafat emanasi al-farabi!
  5. Jelaskan filsafat Ikhwan as-Shafa tentang jiwa manusia dan kehidupan akhirat!
  6. Jelaskan pendapat al-Kindi tentang agama dan filsafat!
  7. Jelaskan filsafat 5 kekal ar-Razi!
  8. jelaskan filsafat akhlak ibn Maskawaih!
  9. Jelaskan filsafat Ibn Sina tentang kenabian!
  10. Jelaskan 3 pendapat para filosof yang di kafirkan oleh al-Ghazali!
  11. Apa yang Anda ketahui tentang Hayy ibn Yaqzhan?
  12. Jelaskan pendapat Mulla Sadra tentang kesatuan kebenaran!



Jawaban:


  1. Kontak antara Kaum Muslim dan non-Muslim telah terjadi bahkan sejak zaman pemerintahan Bani Umaiyah. Tidak jarang tenaga non-Muslim dimanfaatkan oleh pihak penguasa Muslim untuk berbagai keperluan administrasi pemerintahan. Perjumpaan yang tidak sulit ini menyebabkan terjadinya dialog dan debat agama  anatar mereka. Para non-Muslim menggunakan senjata logika dan filsafat dalam berdebat. Saat itulah umat Muslim disadarkan oleh falsafat dan logika dan mulai mempelajari filsafat Yunani. Kemudian disusul dengan dorongan penguasa kepada penarjemahan terutama pada masa kekuasaaan Bani Abbas (132 H/750 M). Usaha umat Islam untuk membangun segala bidang ilmu dan filsafat telah dimulai sejak 1 H.
  2. Hubungan filsafat Yunani dengan filsafat Islam adalah diibaratkan seperti hubungan antara materi dan bentuk. Islam (yakni wahyunya) telah memberi bentuk baru pada filsafat Yunani sehingga filsafat dengan bentuk baru itu tidak pantas lagi disebut filsafat Yunani. Ia pantas disebut filsafat Islam karena pola-pola ajaran Islam yang erat kaitannya dengan masalah filsafat, telah membentuk filsafat Yunani sedemikian rupa sehingga butir-butir filsafatnya tidak lagi bertentangan atau dengan kata lain sesuai dengan ajaran wahyu dalam Islam.
  3. Ar-Razi menulis dalam bukunya Al-Tibb al-ruhani bahwa: “Mengendalikan hawa nafsu adalah wajib menurut semua rasio, menurut semua orang berakal, dan menurut semua agama” dan “wajiblah bai manusia yang baik, yang utama, dan yang sempurna menunaikan apa yang diwajibkan agama yang benar (al-syari’ah al-muhiqqoh) kepadanya, tidak takut pada kematian karena agama yang benar sungguh telah menjanjikan kemenangan, ketentraman, dan masuk ke dalam kenikmatan yang terus menerus”. Dan dalam karya tulisnya yang lain, Bar al-Sa’ah: “semoga Allah melimpahkan Selawat kepada ciptaan-Nya yang terbaik, Nabi Muhammad, dan keluarganya”. Ini sekaligus menjadi bantahan yang menyatakan bahwa ar-Razi tidak mengekui para Nabi, dan agama padahal beliau adalah filosof dan juga Dokter Muslim.
  4. Menurut al-Farabi: hanya Tuhan ada dengan sendiri-Nya tanpa sebab dari luar diri-Nya, dan karena itu Ia disebut Wajib al-Wujud li zatih. Kemudian ari-Nya memancar segenap alam ciptaan-Nya, baik yang bersifat rohani (imateri) maupun yang bersifat jasmani (materi). Jadi segenap alam tidaklah ada dengan sendirinya melainkan karena sebab diciptakan/dipancarkan oleh Tuhan. Pancaran (emanasi) alam dari Tuhan terjadi akibat aktivitas  Tuhan memikirkan diri-Nya. Aktivitas memikirkan itu menjadi sebab bagi pemancaran segenap alam ciptaan-Nya, seperti pemancaran sinar dari matahari.
  5. Jiwa manusia karena berada dalam tubuh pada mulanya tidak mengetahui apa-apa . karenanya manusia haruslah dididik sedemikian rupa dengan ajaran yang diwahyukan dan juga filsafat dengan demikian mengaktuallah pada dirinya tentang pandangan dan keyakinan yang benar. Dengan pendidikan yang benar jiwa manusia menjadi suci dan tidak bergelimanga dosa karena memperturutkan hawa nafsu. Jiwa yang suci dinamakan malaikat dalam potensi. Dan bila mati kelak ia akan naik ke langit, alam rohani dan mengaktual menjadi malaikat, masuk surga dan berbahagia disana. Namun sebaliknya bila jiwa tersebut memperturutkan hawa nafsunya diakhirat ia akan mengaktual menjadi setan dan terombang-ambing dalam gelombang materi di neraka.
  6. Definisi falsafat menurut al-Kindi: mengetahui hakikat sesuatu sejauh batas emampuan manusia. Dan tujuannya ialah untuk mendapatkan kebenaran dan mengamalkannya. Yang dicari melalui filsafat tidak lain ialah apa yang dibawa oleh para rasul, yaitu pengetahuan tentang ketuhanan dan ke-Esaan Allah, keutamaan dan semua yang bermanfaat. Pengetahuan sendiri ada 2: yaitu pengetahuan Ilahi dan manusiawi. Pengetahuan Ilahi ialah pengetahuan Tuahn yang diwahyukan kepada para nabi atau rasulnya. Para nabi memperoleh pengetahuan Ilahi ini sama sekali bukan atas kehendak dan upaya mereka melainkan atas kehendak dan inisiatif Tuhan. Sedangkan pengetahuan yang kedua ialah pengetahuan yang dihasilkan atau diperoleh manusia atas kehendak dan upayanya. Pengetahuan filsafat masuk ke dalam kategori kedua. Dan tidak ada pertentangan antara al-Qur’an dan filsafat. Pertentangan yang timbul hanyalah karena pemahaman yang salah antara keduanya.
  7. Filsafat 5 kekal al-Razi: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama, Ruang absolut dan Zaman Absolut. Alam ini mestilah tersusun dari materi pertama, dan mestilah membutuhkan ruang; karenanya mesti ada ruang dari segenap materi yang disebut ruang absolut. Alam materi atau alam benda ini mengalami gerakan, karenanya terjadilah zaman.  Materi itu akan tetap ada dan berubah selamanya. Zaman juga terus menerus ada ke masa depan tanpa batas akhir dari awal yang tak terbatas, disebut zaman absolut (al-darh/duration). Pada alam ini terdapat benda-benda hidup dan karena itu mestilah ada jiwa-jiwa, yang berasal dari jiwa Universal. Semua kenyataan pada alam empirik agar tetap berjalan tertib, mestilah perlu ada Yang Maha Bijaksana dan Mahatahu yakni Tuhan.
  8. Menurut Ibn Maskawaih: manusia yang paling sempurna kemanusiaannya ialah manusia yang paling benar aktivitas berpikirnya dan paling mulia ikhtiarnya. Ia mampu mewujudkan perbuatan yang membedakannya dari binatang karenanya wajib bagi kita untuk sungguh-sungguh menginginkan kebaikan yang merupakan kesempurnaan dan tujuan penciptaaan kita dan menjauhi kejahatan.  Dalam rangka mewujudkan kebaikan, manusia perlu bekerjasama dan saling membantu, saling mencintai satu sama lain karena kita tidak akan mampu mewujudkan kebaikan  sendirian. Dan juga yang terpenting ialah melayani yang lain.
  9. Nabi: manusia yang memiliki akal bi al-makalah, yakni manusia yang memiliki akal aktual dengan sempurna secara langsung (tanpa studi/latihan keras seperti para filosof) dengan demikian mampu berinteraksi dengan Akal Aktif yakni Tuhan. Para nabi berada di puncak keutamaan karenanya mereka yang harus memimpin makhluk/manusia yang di unggulinya.
  10.   1. Berpendapat bahwa alam itu azali
         2. meniadakan sifat-sifat Tuhan
         3. mengingkari kebangkitan tubuh-tubuh manusia, untuk merasakan kesenangan jasmaniah 
             di   surga dan kepedihan di neraka.
       11.
       12. Mulla Sadra meyakni adanya kesatuan kebenaran yang dialirkan Tuhan melaui mata rantai yang   berkesinambungan dari Adam sampai Ibrahim, para filosof Yunani, para Sufi, dan Filosof lainnya. Mereka semua yang bertanggungjawab atas penyebaran pengkajian al-hikmahke seluruh dunia karenanya bijaksanawan dari berbagai negeri menerima hikmah dari “lentera kenabian”. Mesi masa kenabian telah berakhir di nabi Muhammad namun sebaai penganut Syi’ah Mulla sadra meyakini sistem imamah /wilayah setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMPATIBILITAS SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DENGAN TEKS AL-QUR’AN

Oleh : Lutfiyatun Nakiyah PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Sistem politik pemerintahan berkembang demikian pesatnya dari masa...