Minggu, 01 April 2012

Sayyid Quthb


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sayyid Qutub merupakan salah satu mufassir kontemporer yang berusaha mensinergikan kekuatan penafsiran dan kebutuhan zaman atas pencerahan. Kecerdasan yang diimbangi oleh keteguhan iman membawa Sayyid Qutub pada ketajamannya menganalisa kondisi zamannya terutama masyarakatnya agar tak terbawa pada arus materialisme. Kajian tentang beliau semakin menarik tatkala ke-anti-baratannya bukan karena Sayid Qutub tidak mengenali betul barat namun justru karena ia mengenyam pendidikan di berbagai universitas barat dan berkunjung ke berbagai belahan dunia Amerika maupun Eropa.
Pengalaman, pendidikan, serta lingkungan dimana karakter Sayyid Qutub dibentuk sangat mempengaruhi pemikiran radikalisme kekanananya. Karya-karyanya terutama dalam bidang Tafsir sangat berpengaruh. Fi Dzilalil Qur’an adalah kajian Tafsir yang belum tuntas dikaji oleh berbagai kalangan dan zaman. Karena ketajaman dan ketegasan penafsirannya dalam menjawab tantangan dan penjajahan Barat terutama pada masanya.
B.     Rumusan Masalah
Kajian mengenai Sayid Qutub dan juga karya-karyanya sangatlah luas, karenanya penulis akan membatasi kajian ini pada dua garis besar yang akan dirumuskan sebagai berikut:
1.      Siapakah sebenarnya sosok Sayyid Qutub?
2.      Bagaimanakah karya Tafsir Fi Dzilalil Qur’an Sayid Qutub?

PEMBAHASAN
A.  Sekilas tentang Sayyid Quthb
Nama lengkapnya adalah sayyid Quthb Ibrahim Husain Syadzili. Lahir pada tanggal 09 Oktober 1906 di desa Musya, dekat kota Asyru, Mesir atas. Quthb adalah seorang kritikus sastra, novelis, pujangga, pemikiran Islam dan aktivis Islam Mesir paling terkenal pada abad ke-20. Beliau adalah anak sulung dari lima bersaudara, dengan seorang saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Ayahnya bernama Al-Hajj Quthb Ibrahim, seorang anggota al-Hizb al-Wathani (Partai Nasional), pimpinan Mushthafa Kamil. Meskipun keadaan keuangan keluarga Quthb sedang menurun pada saat dia lahir, keluarga ini tetap berwibawa berkat status ayahnya yang berpendidikan.
Quthb adalah anak yang cerdas, beliau mampu menghafal seluruh al-Qur’an pada usia sepuluh tahun. Nama Sayyid Quthb begitu akrab dengan gerakan Islam, memang tokoh ini amat popular dalam gerakan islam di Mesir bernama al-Ikhwan al-Muslimun, bahkan kepopulerannya mengungguli tokoh yang mendirikannya yaitu Hasan Al-Bana. Tulisannya yang menggebu mengandung citra yang kuat tentang penyakit masyarakat Islam kontemporer dan idealisasi iman melalui kata-kata teks suci.[1]
Quthb bersekolah di daerahnya selama 4 tahun. Usia 13 tahun Quthb dikirim untuk belajar ke Kairo. Beliau lulus dari Dar al-ulum dengan gelar S1 dalam bidang sastra. Pada tahun 1951 M ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah Mesir ke Amerika Serikat. Ia menenyam beberapa kampus favorit: Stanford University di California, Greenly Collage di Colordo, dan Wilson’s Teacher College di Washington.[2]
Sayyid Quthb adalah pemikir radikal sekaligus aktifis yang militan dalam gerakan islam modern kontemporer. Pemikirannya telah mempengaruhi para aktifis islam di berbagai dunia islam lainnya. Aktivitas dan pemikirannya telah membawa Ikhwanal Muslimin kedalam kancah gerakan yang amat diperhitungkan oleh rezim yang memerintah di mesir, sekaligus mengilhami berdirinya cabang-cabang Ikhwan di berbagai Negara, karya di baca oleh banyak kalangan, terutama para aktivis gerakan islam. Hampir semua karyanya berdimensi politis dan memggerakan kebangkitan.[3]
Militansi dan idealismenya membawanya turut aktif dalm gerakan Ikhwanul Muslimin. Hingga pada tahun 1945 saat Ikhwan berlawanan dengan revolusi pemerintah maka Sayyid Quthb menjadi orang urutan pertama yang ditangkap. Ia dan kelompoknya ditangkap dengan tuduhan akan membunuh Abdun Nashir. Mereka kemudian disiksa dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.setelah 10 tahun menjalani hukuman, Abdus salam Arif, pemimpin Irak pada tahun 1964 berupaya mendesak Abdu Nashir agar membebaskan sayid. Namun tak lama seteah keluar penjara, Sayid di dakwa dengan tuduhan lain yang mengharuskannya dan dua tokoh pergerakan lainnya di esksekusi. Yakni tuduhan konspirasi atau kudeta penggulingan kekuasaan pemerintah Mesir saat itu. [4]Maka pada tahun 1965 Sayid dan Abdul Fatah Ismail serta M. Yusuf Hawassy di hukum gantung dengan diiringi duka dari kaum muslim di berbagai belahan dunia. Perjuangan dan keberaniaannya menyingkap kebenaran dan keadilan yang seharusnya ditegakkan di negaranya mengispirasi jutaan umat Islam untuk bangkit melawan penjajahan dan kebodohan.

a.    Pemikiran kalam dan fiqh Quthb
Dalam pandangannya dalan tentang Islam menyatakan bahwa agama Islam berkepentingan untuk memacu pembaruan, peningkatan, dan pengembangan kehidupan. Beliau berkepentingan untuk mendorong seluruh potensi manusia agar dapat berkreasi, membesar dan meningkat. Selain itu Quthb juga berpendapat bahwa islam sama sekali tidak mengingkari adanya kelemahan manusia , tetapi pada waktu yang sama beliau juga menyatakan adanya kekuatan manusia, islam menuntut agar penganutnya selalu memperbesar kekuatan seraya memperkecil kelemahan. Beliau ingin meningkatkan dan memajukan harkat manusia, bukan menyetujui atau menghiasi kelemahan mereka. Ia mengharuskan umatnya agar mengikis habis kelemahan itu bila memang dirasakan.[5]
Adapun sikap sayyid Quthb terhadap fiqh, beliau menyatakan bahwa kita sekali-kali tidak terikat dan berpegang dengan fiqh Islam dalam menciptakan masyarakat Islam yang kita idam-idamkan. Akan tetapi hanya terikat dengan syariat dan manhaj Islam karena fiqh merupakan sesuatu yang terpisah dari zaman.[6] Lebih jauh dan secara pasti apa aliran fiqh yang beliau anut, penulis belum menemukan referensinya. Bagaimanapun sayyid Quthb sangat sepakat dengan terbukanya pintu ijtihad termasuk dalam hal fiqh.

b.   Karya-karya Sayyid Quthb
Karya-karya beliu selain beredar di Negara-ngara islam, juga beredar dikawasan Eropa, Afrika, Asia dan Amerika. Dimana terdapat pengikut-pengikut Ikhwanul Muslimin, hamper dipastikan disana ada buku-buku Quthb, karna belliu adalah tokoh Ikhwan terkemuka. Diantara karya-karyanya adalah:
1.      Fi Zhilalil Qur’an, cetakan pertama juz pertama terbit oktober 1953.
2.      Ma’alim fith-thariq
3.      Asywak, terbit tahun 1947
4.      Muhimmatus Sya’ir fil hayyawa syi’ir jailal-hadir, terbit tahun 1933
5.      As-salam al-islami wa al-islam, terbit tahun 1951[7]

B.            Tafsir Fi Zhilalil Qur’an
Pada mulanya penulisan tafsir oleh Quthb dituangkan di majalah al-Muslimun edisi ke-3, Yang terbit pada Februari 1952. Quthb mulai menulis tafsir secara serial di majalah  itu, dimulai dari surah al-fatihah dan di teruskan dengan surah al-Baqarah dalam episode-episode berikutnya.[8]
Dalam pengantar tafsirnya, Quthb  mengatakan bahwa hidup dalam nauangan al-Qur’an itu suatu kenikmatan. Sebuah kenikmatan yang tidak di ketahui kecuali oleh orang yang telah merasakannya suatu kenikmatan yang mengangkat umur (hidup), memberkatinya dan menyucikannya. Quthb merasa telah mengalami kenikmatan hidup di bawah naungan al-Qur’an itu, sesuatu yang belum dirasakan sebelummya.[9]
Jadi judul Tafsir Sayyid Quthb merupakan cermin pemikiran serta perasaannya akan al-Qur’an ketika beliau merasakan hidup dibawah naungannya dan beliau hendak mengatakan kepada kita melalui judulnya bahwa sesungguhnya ayat-ayat al-Qur’an mempunyai naungan yang rindang dibalik makna-maknanya.[10]
a.              Tujuan  penulisan
a)    Menghilangkan jurang yng dalam antara kaum muslimin sekarang ini dengan al-Qur’an
b)   Mengenalkan kepada kaum muslimin sekarang ini pada fungsi amaliyah harakiyah al-Qur’an.
c)    Membekali orang Muslim sekarang ini dengan petunjuk amaliah tertulis menuju ciri-ciri Islami yang Qur’ani.
d)   Mendidik orang muslim dengn pendidikan Qur’ani yang integral; membangun kepribadian yang Islam yang efektif , menjelaskan karakteristik dan ciri-cirinya, factor-faktor pembentukan dan kehidupannya.
e)    Menjelaskan ciri-ciri masyarakat Islami yang di bentuk oleh al-Qur’an, mengenalkan asas-asas yang menjadi pijakan masyarakat Islami, menggariskan jalan yang bersifat gerakan dan jihad untuk membangunnya.[11]

b.         Sistematika penulisan Tafsir
Dalam sistematika penulisan Tafsirnya, Sayyid Quthb terlebih dahulu mengabstraksikan sekumpulan ayat yang akan di tafsirkan. Lalu kemudian menerangkan ayat-ayat tersebut dan memberinya sub-sub judul. Pengelompokan ayat-ayat dalam suatu penafsiran ini dikarenakan masih terdapat munasabah antara ayat sebelum atau sesudahnya. Dalam bahasa Fahd bin Abdurrahman ar-Rumi Sayyid Quthb  memberikan suatu prolog yang menjelaskan tema surat dan jawaban persoalan-persoalajnnya juga tujuannya. Lalu menjabarkan kata perkata dan menomorduakan israiliyat.[12]

c.         Metode dan Sumber penafsiran
Sayyid Quthb mengambil metode penafsiran dengan Tahili/tartib mushafy. Sedangkan sumber penafsiran terdiri dari dua tahapan yakni: mengambil sumber penafsiran bil ma’tsur, kemudian baru menafsirkan dengan pemikiran, pendapat ataupun kutipan pendapat sebagai penjelas dari argumentasinya.[13] Meskipun secara garis besar Tafsir beliau termasuk bersumber pada bil ra’yi karna muatan pemikiran social masyarakat dan sastra yang cenderung lebih banyak. Selain kedua sumber tersebut, beliau juga mengambil referensi dari berbagai dsiplin ilmu, yakni sejarah, biografi, fiqh, bahkan social, ekonomi, psikologi, dan filsafat.

d.         Corak Tafsir
Fi Zhilalil Qur’an masuk dalam kategori penafsiran dengan corak baru yang khas dan unik serta langkah baru yang jauh dalam Tafsir serta memuat banyak sekali tema penting --yang juga dimuat oleh para mufassir terdahulu-- serta menambahkan hal-hal mendasar yang esensial. Karenanya Tafsir Fi zhilalil qur’an dapat dikategorikan sebagai aliran (faham) khusus dalam Tafsir yang disebut “aliran Tafsir pergerakan”. Ini disebabkan metode pergerakan –metode relistis serius—tidak ada selain pada Zhilal.[14] Dengan kata lain, sebagaimana para reformis sebelumnya, M. abduh maupun Rasyid Ridha corak yang terdapat dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an juga mengandung unsur corak adaby ijtima’I yakni sastra dan social kemasyarakatan.

e.         Karakteristik Tafsir
Karakteristik yang menonjol yang dalam penafsiran Sayyid Quthb ialah nuansa sastranya yang kental selain dari konsep-konsep dan motivasi pererakan dan Hida’inya. Lebih jauh dari itu Sayyid Quthb berusaha membumikan al-Qur’an melalui analog-analogi yang terjadi di masyarakat saat itu. Perjuangan dan pembebasan dari segala tirani merupakan sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan umat Islam. Jadi ada satu pendekatan dilakukan Sayyid Quthb dalam Tafsirnya yakni bagaimana sastra yang merupakan unsur mukjizat al-Qur’an mampu mempengaruhi kaum Muslimin dan memotivasinya untuk bangkit dan berjuang.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sayyid Quthb lahir pada tanggal 09 Oktober 1906 di desa Musya, dekat kota Asyru, Mesir atas. Sayyid Quthb adalah seorang ulama islam kontemporer dan juga aktivis yang turut memperjungkan negararanya dari kalangan penjajah barat. Sayyid Quthb adalah pemikir radikal sekaligus aktifis yang militan dalam gerakan islam modern kontemporer. Pemikirannya telah mempengaruhi para aktifis islam di berbagai dunia islam lainnya
Karya Tafsirnya juga tak kalah berpengaruh yakni Fii Zhilalil Qur’an yang sebagian besar terinspirasi dari kondisi sosiaal masyarakat pada masanya. Metode yang digunakan ialah Ijmali dengan tartib mushafi. Sedangkan coraknya ialah adaby ijtima’i. Adapun sumber penafsiran ialah bil ma’tsur dan bil ra’yi. Kemudan sistematika pnulisan ialah dengan memberi prolog pada awal surat dan mengelompokkan beberapa ayat yang berkaitan untuk kemudian diterjemahkan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Khalidi, Shalah Abdul Fatah. Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Penj: Salafuddin Abu Sayyid. Surakarta: era Intermedia, 2001
Ar-Rumi, Fahd bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an, penj: amirul Hasan an M. Halabi, Yogyajarta: Titian Olahi Pres, 1996
Esposito, John L.  Ansiklopedi Islam Modern, jilid 5. Bandung: Mizan 2001
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufassir al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008
Hidayat, Nuim. Sayyid Quthb Biografi dan kejernian pemikirannya. Jakarta: Gema Insani 2005
Saefuddin, Didin. Pemikiran Modern dan Post-Modern Islam. Jakarta: PT. Grasindo , anggota Ikapi 2003
Qardhawi, Yusuf,  Ijtihad Kontemporer, penj: Abu Barzani, surabaya: Risalah Gusti, 1995


[1] John L. Esposito. Ensiklopedi Islam Modern, jilid 5 (Bandung: Mizan 2001)
[2] Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008, hal: 183)
[3] Didin saefuddin. Pemikiran Modeern dan PostModern Islam ( Jakarta: PT. Grasindo , anggota Ikapi 2003), hal 111-112
[4] Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Penj: Salafuddin Abu Sayyid, (Surakarta: era Intermedia, 2001, hal: 31-34)
[5] Didin saefuddin. Pemikiran Modeern dan PostModern Islam … hal. 111
[6] Yusuf Qardhawi, ijtihad Kontemporer, penj: Abu Barzani, (surbaya: Risalah Gusti, 1995, hal: 173)
[7]Nuim Hidayat, Sayyid Quthb Biografi dan kejernian pemikirannya. ( Jakarta: Gema Insani 2005), hal. 21-24
[8] Nuim Hidayat, Sayyid Quthb Biografi dan kejernian pemikirannya… hal. 25
[9] Nuim Hidayat, Sayyid Quthb Biografi dan kejernian pemikirannya… hal. 27
[10] Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Penj: Salafuddin Abu Sayyid, (Surakarta: era Intermedia, 2001, hal: 116)
[11] Nuim Hidayat, Sayyid Quthb Biografi dan kejernian pemikirannya. ( Jakarta: Gema Insani 2005), hal. 27-29
[12] Fahd bin Abdurrahman ar-Rumi, Ulumul Qur’an, penj: amirul Hasan an M. Halabi, (Yogyajarta: Titian Olahi Pres, 1996, hal: 215-216)
[13] Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Penj: Salafuddin Abu Sayyid, (Surakarta: era Intermedia, 2001, hal: 116)
[14] Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,… hal: 346

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KOMPATIBILITAS SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DENGAN TEKS AL-QUR’AN

Oleh : Lutfiyatun Nakiyah PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Sistem politik pemerintahan berkembang demikian pesatnya dari masa...