Jumat, 21 November 2014

Filsafat Semester V tempoe doeloe ..

Nama          : Lutfiyatun Nakiyah
NIM             : 08210334
Semester  : V Ushuluddin jur. Tafsir Hadits


Soal


  1. Bagaimana kontak awal Islam (muslim) dengan filsafat Yunani?
  2. Bagaimana hubungan filsafat Islam dengan filsafat Yunani?
  3. Bagaimana cerita Abu Bakar ar-Razi terhadap agama?
  4. Jelaskan filsafat emanasi al-farabi!
  5. Jelaskan filsafat Ikhwan as-Shafa tentang jiwa manusia dan kehidupan akhirat!
  6. Jelaskan pendapat al-Kindi tentang agama dan filsafat!
  7. Jelaskan filsafat 5 kekal ar-Razi!
  8. jelaskan filsafat akhlak ibn Maskawaih!
  9. Jelaskan filsafat Ibn Sina tentang kenabian!
  10. Jelaskan 3 pendapat para filosof yang di kafirkan oleh al-Ghazali!
  11. Apa yang Anda ketahui tentang Hayy ibn Yaqzhan?
  12. Jelaskan pendapat Mulla Sadra tentang kesatuan kebenaran!



Jawaban:


  1. Kontak antara Kaum Muslim dan non-Muslim telah terjadi bahkan sejak zaman pemerintahan Bani Umaiyah. Tidak jarang tenaga non-Muslim dimanfaatkan oleh pihak penguasa Muslim untuk berbagai keperluan administrasi pemerintahan. Perjumpaan yang tidak sulit ini menyebabkan terjadinya dialog dan debat agama  anatar mereka. Para non-Muslim menggunakan senjata logika dan filsafat dalam berdebat. Saat itulah umat Muslim disadarkan oleh falsafat dan logika dan mulai mempelajari filsafat Yunani. Kemudian disusul dengan dorongan penguasa kepada penarjemahan terutama pada masa kekuasaaan Bani Abbas (132 H/750 M). Usaha umat Islam untuk membangun segala bidang ilmu dan filsafat telah dimulai sejak 1 H.
  2. Hubungan filsafat Yunani dengan filsafat Islam adalah diibaratkan seperti hubungan antara materi dan bentuk. Islam (yakni wahyunya) telah memberi bentuk baru pada filsafat Yunani sehingga filsafat dengan bentuk baru itu tidak pantas lagi disebut filsafat Yunani. Ia pantas disebut filsafat Islam karena pola-pola ajaran Islam yang erat kaitannya dengan masalah filsafat, telah membentuk filsafat Yunani sedemikian rupa sehingga butir-butir filsafatnya tidak lagi bertentangan atau dengan kata lain sesuai dengan ajaran wahyu dalam Islam.
  3. Ar-Razi menulis dalam bukunya Al-Tibb al-ruhani bahwa: “Mengendalikan hawa nafsu adalah wajib menurut semua rasio, menurut semua orang berakal, dan menurut semua agama” dan “wajiblah bai manusia yang baik, yang utama, dan yang sempurna menunaikan apa yang diwajibkan agama yang benar (al-syari’ah al-muhiqqoh) kepadanya, tidak takut pada kematian karena agama yang benar sungguh telah menjanjikan kemenangan, ketentraman, dan masuk ke dalam kenikmatan yang terus menerus”. Dan dalam karya tulisnya yang lain, Bar al-Sa’ah: “semoga Allah melimpahkan Selawat kepada ciptaan-Nya yang terbaik, Nabi Muhammad, dan keluarganya”. Ini sekaligus menjadi bantahan yang menyatakan bahwa ar-Razi tidak mengekui para Nabi, dan agama padahal beliau adalah filosof dan juga Dokter Muslim.
  4. Menurut al-Farabi: hanya Tuhan ada dengan sendiri-Nya tanpa sebab dari luar diri-Nya, dan karena itu Ia disebut Wajib al-Wujud li zatih. Kemudian ari-Nya memancar segenap alam ciptaan-Nya, baik yang bersifat rohani (imateri) maupun yang bersifat jasmani (materi). Jadi segenap alam tidaklah ada dengan sendirinya melainkan karena sebab diciptakan/dipancarkan oleh Tuhan. Pancaran (emanasi) alam dari Tuhan terjadi akibat aktivitas  Tuhan memikirkan diri-Nya. Aktivitas memikirkan itu menjadi sebab bagi pemancaran segenap alam ciptaan-Nya, seperti pemancaran sinar dari matahari.
  5. Jiwa manusia karena berada dalam tubuh pada mulanya tidak mengetahui apa-apa . karenanya manusia haruslah dididik sedemikian rupa dengan ajaran yang diwahyukan dan juga filsafat dengan demikian mengaktuallah pada dirinya tentang pandangan dan keyakinan yang benar. Dengan pendidikan yang benar jiwa manusia menjadi suci dan tidak bergelimanga dosa karena memperturutkan hawa nafsu. Jiwa yang suci dinamakan malaikat dalam potensi. Dan bila mati kelak ia akan naik ke langit, alam rohani dan mengaktual menjadi malaikat, masuk surga dan berbahagia disana. Namun sebaliknya bila jiwa tersebut memperturutkan hawa nafsunya diakhirat ia akan mengaktual menjadi setan dan terombang-ambing dalam gelombang materi di neraka.
  6. Definisi falsafat menurut al-Kindi: mengetahui hakikat sesuatu sejauh batas emampuan manusia. Dan tujuannya ialah untuk mendapatkan kebenaran dan mengamalkannya. Yang dicari melalui filsafat tidak lain ialah apa yang dibawa oleh para rasul, yaitu pengetahuan tentang ketuhanan dan ke-Esaan Allah, keutamaan dan semua yang bermanfaat. Pengetahuan sendiri ada 2: yaitu pengetahuan Ilahi dan manusiawi. Pengetahuan Ilahi ialah pengetahuan Tuahn yang diwahyukan kepada para nabi atau rasulnya. Para nabi memperoleh pengetahuan Ilahi ini sama sekali bukan atas kehendak dan upaya mereka melainkan atas kehendak dan inisiatif Tuhan. Sedangkan pengetahuan yang kedua ialah pengetahuan yang dihasilkan atau diperoleh manusia atas kehendak dan upayanya. Pengetahuan filsafat masuk ke dalam kategori kedua. Dan tidak ada pertentangan antara al-Qur’an dan filsafat. Pertentangan yang timbul hanyalah karena pemahaman yang salah antara keduanya.
  7. Filsafat 5 kekal al-Razi: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama, Ruang absolut dan Zaman Absolut. Alam ini mestilah tersusun dari materi pertama, dan mestilah membutuhkan ruang; karenanya mesti ada ruang dari segenap materi yang disebut ruang absolut. Alam materi atau alam benda ini mengalami gerakan, karenanya terjadilah zaman.  Materi itu akan tetap ada dan berubah selamanya. Zaman juga terus menerus ada ke masa depan tanpa batas akhir dari awal yang tak terbatas, disebut zaman absolut (al-darh/duration). Pada alam ini terdapat benda-benda hidup dan karena itu mestilah ada jiwa-jiwa, yang berasal dari jiwa Universal. Semua kenyataan pada alam empirik agar tetap berjalan tertib, mestilah perlu ada Yang Maha Bijaksana dan Mahatahu yakni Tuhan.
  8. Menurut Ibn Maskawaih: manusia yang paling sempurna kemanusiaannya ialah manusia yang paling benar aktivitas berpikirnya dan paling mulia ikhtiarnya. Ia mampu mewujudkan perbuatan yang membedakannya dari binatang karenanya wajib bagi kita untuk sungguh-sungguh menginginkan kebaikan yang merupakan kesempurnaan dan tujuan penciptaaan kita dan menjauhi kejahatan.  Dalam rangka mewujudkan kebaikan, manusia perlu bekerjasama dan saling membantu, saling mencintai satu sama lain karena kita tidak akan mampu mewujudkan kebaikan  sendirian. Dan juga yang terpenting ialah melayani yang lain.
  9. Nabi: manusia yang memiliki akal bi al-makalah, yakni manusia yang memiliki akal aktual dengan sempurna secara langsung (tanpa studi/latihan keras seperti para filosof) dengan demikian mampu berinteraksi dengan Akal Aktif yakni Tuhan. Para nabi berada di puncak keutamaan karenanya mereka yang harus memimpin makhluk/manusia yang di unggulinya.
  10.   1. Berpendapat bahwa alam itu azali
         2. meniadakan sifat-sifat Tuhan
         3. mengingkari kebangkitan tubuh-tubuh manusia, untuk merasakan kesenangan jasmaniah 
             di   surga dan kepedihan di neraka.
       11.
       12. Mulla Sadra meyakni adanya kesatuan kebenaran yang dialirkan Tuhan melaui mata rantai yang   berkesinambungan dari Adam sampai Ibrahim, para filosof Yunani, para Sufi, dan Filosof lainnya. Mereka semua yang bertanggungjawab atas penyebaran pengkajian al-hikmahke seluruh dunia karenanya bijaksanawan dari berbagai negeri menerima hikmah dari “lentera kenabian”. Mesi masa kenabian telah berakhir di nabi Muhammad namun sebaai penganut Syi’ah Mulla sadra meyakini sistem imamah /wilayah setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.

Rabu, 24 Juli 2013

KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM AGAMA BY LUTFYA NAQYA



PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Agama merupakan konsep religi klasik yang masih terus ada hingga sekarang. Berbagai ajaran darinya kemudian dielaborasi dengan kondisi sosial-budaya-masyarakat sangat beragam. Gesekan ini terkadang juga menimbulkan konflik intern agama maupun ekstern. Namun dalam posisi bahwa agama merupakan kebutuhan mendasar, hal ini tidak terelakkan. Bagaimanapun manusia memerlukan agama yang mampu menghantarkannya kepada Tuhan semesta alam. Disinilah dapat diketahui fungsi dan peran agama yang sesungguhnya dalam mengatasi pelbagai konflik dan juga persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.        
  1. Rumusan Masalah
Pada makalah-makalah yang lalu telah dijelaskan secara rinci pengertian dan ruang lingkup Ilmu Budaya Dasar maupun apa itu konsep. Maka kali ini penulis akan merumuskan permasalahan pada dua focus, yakni:
  1. Pengertian Agama
  2. Keterkaitan Tatanilai Agama dan Konsep Ilmu Budaya Dasar

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Agama
Agama merupakan suatu keyakinan yang berkaitan dengan Tuhan. Atau dalam bahasa lain, agama merupakan jelmaan dari sebuah keyakinan dasar tentang realitas keberadaan manusia itu sendiri.[1] Agama sendiri bertujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani. Jadi secara umum maksud dari keber-agama-an sangatlah baik. Karena di samping fungsinya yang untuk pencerahan kepada Tuhan yang bersifat horizontal, masing-masing agama juga mengajarkan kebaikan sesama dengna konsepnya masing-masing.
Menurut Qurasy Shihab dalam karyanya “Wawasan al-Qur’an”, tidaklah mudah mendefinisikan agama, karena pandangan   tentangnya ditentukan pula oleh pemahaman atas agama tersebut.  Agama merupakan fitrah yang ada pada diri manusia. hal ini sejalan dengan ayat al-Qur’an yang artinya :
Fitrah Allah yang menciptakan manusia atas fitrah itu
(QS Ad-Rum [30]: 30)
Beliau menilai bahwa agama merupakan kebutuhan yang bersifat rohaniyah, jadi manusia tidak akan mampu melepaskan diri dari agama.[2] Meskipun terjadi penangguhan pemenuhan ber-agama namun pada akhirnya, menjelang ajalnya manusia akan membutuhkan agama ini. Orang yang selalu percaya pada Tuhan Yang Maha Esa akan merasa dilindungi dan tidak perlu takut menghadapi situasi apapun. Mereka yakin bahwa tidak ada upaya dan pertolongan selain dari Tuhan sehingga merasa aman, tentram dan damai hatinya. Kebutuhan akan rasa aman inilah yang menyebabkan agama mempunyai peran dan posisi yang sangat penting dalam upayanya mempengaruhi manusia.
Proses keyakinan beragama mempunyai konsep yang berubah-ubah sesuai dengan pola pikir dan perkembangan zaman. Kalau dahulu orang bisa meyakini Tuhan mereka adalah bintang, bulan matahari dan sebagainya, maka kemdian muncullah Nabi-Nabi yang membawa wahyu sebagai bagian dari risalah Tuhan. Risalah tersebut berupa seruan-seruan untuk berimbadah serta mengimani Tuhan Yang Esa. Dengan begitu manusia tidak perlu takut lagi menghadapi kehidupan setelah kematian. Manusia juga harus membawa persiapan yakni Iman, Amal, dan Ibadah.[3]
Agama merupakan komponen terpenting yang menentukan arah gerak manusia. Agama tidak hanya meliputi tuntunan dalam spiritualitas namun juga meliputi seluruh seluk-beluk persoalan manusia. Masing-masing agama mempunyai pedoman dan tuntunan dasar atas berbagai aspek kehidupan manusia. "Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan)." Itulah sebabnya mengapa perasaan takut merupakan salah satu dorongan yang terbesar untuk
beragama.
Selain itu, kesadaran akan kelemahan diri juga mendorng manusia untuk mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan begitu manusia berharap dapat selalu terlindungi dari ancaman-ancaman, baik yang bersifat fisik seperti penyakit maupun non-fisik seperti kegelisahan, ketakutan, dan lain sebagainya. Akhirnya “suatu kekuatan” yang berasal dari bukan dirinya adalah tentang Tuhan dan Agama.[4]
Jadi, bagaimanapun hebatnya seorang manusia, ia tetap memiliki kelemahan, ketakutan, kegelisahan yang membuat manusia secara instinktif akan mencari sesuatu tempat ia bersandar, berpedoman dasar tentang kehidupan dan harapan dari segala kepelikan permasalahan hidup. Hal tersebut terdapat dalam konsep-konsep keber-agama-an. Jelaslah disini bahwa manusia memerlukan agama , karena agamalah yang menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. Antara agama dan Tuhanpun tidak dapat dipisahkan. Masing-masing yakni Tuhan-agama-manusia mempunyai keterkaitan erat dalam upaya manusia menuju hal terbaik yang mampu ia lakukan.

  1. Keterkaitan Tata Nilai Agama dan Konsep Ilmu Budaya Dasar.
Kita telah membahas mengenai pentingnya agama dalam kehidupan manusia meskipun tidak semua manusia memegag teguh prinsip agama. Ada tiga aspek penting yang perlu dipelajari disini, yakni kebudayaan, sistem social dan kepribadian. Ketiganya saling berkaitan dalam upayanya meneguhkan fungsi dari agama itu sendiri.
Kebudayaan dalam pandangan teori fungsional ialah bahwa kebudayaan merupakan suatu konsep yang sangat kompleks mengenai ide-ide atau gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan dan sistem social yang terdiri dari aktivitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergaul dengan yang lain.[5] Dalam hal ini kebudayaan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur dan bertindak dalam suatu masyarakat social untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama.
Sedangkan teori fungsional melihat bahwa agama sebagai penyebab social yang dominan dalam membentuk lapisan masyarakat, perasaan agama dan juga konflik social.[6] Karnanya agama mempunya peranan yang sangat penting dalam upayanya membentuk suatu nila dan tatanan masyarat  bahkan yang berbudaya. Agama juga dipandang sebagai lembaga social atas tatanilai budaya yang mampu menjawab kebutuhan mendasar mengenai nilai-nilai etis dan estetik.
Sedangkan Quraish Shihab yang mengutip dari Murtadha Muttahari dalam pengertian lainnya mengenai fungsi dari agama ini berpendapat bahwa I1mu yang mempercepat Anda sampai ke tujuan, maka agamalah yang menentukan arah yang dituju, bahwa jika Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya, maka agama menyesuaikan dengan jati dirinya. Jika Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan, maka agama memberi harapan dan dorongan bagi jiwa.[7] Sebagaimana diketahui bahwa manusia terdiri dari akal, jiwa dan jasmani. Meskipun akal mempunyai peranan yaan penting, namun tidak semua persoalan dapat dipecahkan oleh akal. Seperti karya-karya sastra yang memerlukan kalbu, dan juga penjiwaan.

Pandangan mengenai keber-agamaan juga meliputi tiga hal, yaitu keindahan, kebenaran, dan kebaikan. Gabungan ketiganya dianggap suci. Jika manusia ingin mengetahui siapa atau apa Yang Mahasuci, dan ketika itulah dia menemukan Tuhan, dan sejak itu pula ia berusaha berhubungan dengan-Nya bahkan berusaha untuk meneladani sifat-sifat-Nya. Usaha itulah yang dinamai beragama, atau dengan kata lain, keberagamaan adalah terpatrinya rasa kesucian dalam jiwa beseorang. Karena itu seorang yang beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar, yang baik, lagi yang indah.[8] Dari sini bisa disimpulkan bahwa agama bukan sekedar kebutuhan, tetapi juga selalu relevan dengan kondisi persoalan yang sedang dihadapi manusia. Tiap orang merindukan keindahan, kebaikan, dan juga kebenaran.
Fungsi dan keterkaitan agama dalam dimensi kebudayaan masyrakat ialah juga dalam agama terdapat suatu pengukuhan niai-nilai yang bersumber dari kerangka acuan yang bersifat sacral, maka normanyapun dikukuhkan dengan sanksi sakral.[9] Inilah yangg kemudian menyebabkan keluasan pengaruh dari agama dalam kebudayaan masyarakat. Jadi, agama dan konsep kebudayaan sangatlah berkaitan erat. Konsep tersebut meliputi tatanilai, lapisan masyarakat dan juga pengaruh sosio-politik masyarakat tersebut.
Agama memegang peranan penting dalam mempengaruhi norma, perilaku, dan sikap hidup individu maupun masyarakat. Nilai-nilai keagamaan sekarang mengalami universalisme sehingga memperluas partisipasi dalam masyarakat kepada semua anggotanya. Agama diyakini menjalankan beberapa fungsi dalam masyarakat, seperti fungsi edukatif, fungsi penyelamatan, fungsi memupuk persaudaraan, fungsi pengawasan sosial, serta fumgsi transformatif. Berikut ini akan dibahas masing-masing fungsi tersebut:
1. Fungsi edukatif
Fungsi edukatif merupakan salah satu tujuan utama agama. Dalam pengajarannya agama selalu mendorong agar setiap individu selalu patuh dan taat serta mempraktekan ajaran dan perintah sesuai dengan agamanya. Melalui kehidupan rohani agamanya, seseorang diajarkan agar dapat tumbuh dewasa dan mengembangkan kepribadian yang baik sejalan dengan aturan dan nilai-nilai keagamaan. Dalam proses mengedukatif, unsur-unsur keagamaan telah mencakup kedalam bidang politik. Beberapa landasan dan dasar pemikiran politis berpegang kepada agama, sehingga menyebabkan timbulnya perpaduan nilai keagamaan dan politik. Atas peran edukatif ini, agama semakin semaki dipandang sebagai suatu keharusan dalam tindakannnya untuk memberikan konstribusi kepada masyarakat dalam bentuk pengajaran dan bimbingan.

2. Fungsi penyelamatan
Agama yang merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia diyakini merupakan jaminan yang paling utama dalam memperoleh keselamatan. Melalui ajaran agama diajarkan dan disebutkan cara dan aturan yang harus dipatuhi, ditaati, dan dijalankan agar dapat memperoleh keselamatan. Fungsi penyelamatan juga mencakup kehidupan manusia setelah berakhir d dunia dan harus memasuki duni akhirat. Agama mengajarkan kepada umatnya agar selalu berbuat baik sesuai dengan perintah dan nilai-nilai agama sehingga perbuatan baik tersebut akan membawanya ke “tempat bahagia”.
3. Fungsi memupuk persaudaraan
Agama bersifat universal dan penganutnya terdapat dimana-mana dibelahan dunia manapun dan penganutnya berasal dari latar belakang sosial yang berbeda, suku, ras, warna kulit, gender, derajat sosial, pekerjaan, dan kasta yang berbeda-beda. Hal ini tercantum dalam al Qur’an, surat Hujuratayat 13 yang artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulya disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal”. Agama dapat dikatakan berfungsi memupuk rasa persaudaraan diantara sesama manusia dalam menjalani hubungan erat.
Menurut Glock dan Stark (Robertson, 1998), ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu:
1. Dimensi keyakinan.
Dimensi ini berisi penharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tertentu.
2. Dimensi praktik agama.
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
3. Dimensi penghayatan.
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang ang beragama dengan baik pada sewaktu-waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai.
4. Dimensi pengetahuan agama.
Dimensi in mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama harus memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab suci, dan tradisi-tradisi.
5. Dimensi pengalaman.
Dimensi mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakian keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari-kehari.



PENUTUP
Kesimpulan
  1. Agama merupakan fitrah manusia yang tidak terpisahkan dari sifat mani bagi sesamanyausia yang merindukan, ketenangan, keindahan dan juga kebenaran. Beragama juga berarti menjadi lebih berarti
  2. Agama dan konsep kebudayaan saling terkait dan mempengaruhi. Karna norma yang dihasilkan oleh budaya juga berasal dari agama, dan agama menyusup pada masyarakat melalui kebudayaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Mustopo, M. Habib, Ilmu Budaya Dasar, Surabaya; Usaha Nasional
Shihab, Quraish Wawasan al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, 1996
Soelaeman,  Munandar Ilmu social dasar, Bandung: PT Refika Aditama, 2008
Widagdho dkk, Joko Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010

Mahasiswa Tolak Kedatangan SBY ke Bandung  
Taufik Hidayat
26/10/2011 23:25
Liputan6.com, Bandung: Puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa se-Bandung Raya dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) wilayah Jawa Barat, Rabu (26/10), menolak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Bandung dalam rangka kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia.

Aksi digelar tepat di depan pintu gerbang pangkalan TNI AU Husein Sastranegara di Jalan Pajajaran, Bandung. Demo juga diwarnai aksi pocong bergambar foto SBY serta poster berisi ucapan berduka cita terhadap SBY yang dinilai telah gagal memimpin bangsa. Mereka menilai janji-jani SBY untk memberantas korupsi juga hanya janji manis dan tidak pernah terbukti.

Unjuk rasa juga berlangusng di depan Kompleks Gedung Sate. Di situ puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Komite Penyelamat Bangsa berorasi. Aksi dilakukan karena mahasiswa kecewa dengan kepemimpinan SBY-Boediono yang dinilai gagal.


Mahasiswa sempat meminta anggota DPRD Jawa Barat membacakan tuntutan mereka yang isinya agar SBY-Boediono mundur dari jabatannya. Namun hal itu ditolak para anggota dewan.

Mengapa mahasiswa Bandung tolak kedatangan SBY?
-          Karena berpendapat bahwa pemerintahan SBY telah lambat bahkan gagal mengatasi budaya korupsi yang merajalela dikalangan pemerintahan.
-          Karena melihat lambatnya kinerja pemerintahan dalam mengatasi problem-problem baik kemiskinan maupun pendidikan. Iming-iming seperti Raskin (beras miskin), subsidi untuk orang miskin maupun LPJ bukanlah hal tepat dalam upaya menurunkan angka keniskinan.
-          Menilai bahwa SBY adlah orang yang kurang tegas dan cenderung plin-plan mengahadapi berbagai persoalan bangsa yang sifatnya darurat.
-          Memandang bahwa kabinet Indonesia bersatu jilid II secara terang-terangan dan terbukti melakukan praktik korup, baik dari anggota dewan maupun lainnya. SBY juga terlihat cuci tangan dan tidak mampu menetramkan masyarakat dengan membuat misalnya Kepres mengenai sanksi berat agar para koruptor menjadi jera. Alih-alih membuat tindakan yang tegas SBY justru menyerahkan permasalahan ini pada yang hukum berwenang yang juga diduga terlibat dlam praktik korup tersebut.

Solusi:
-          Seharusnya SBY melakukan kebijakan yang jelas dan tidakmemanjakan masyarakat seperti kebijakan mengenai lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya demi mengatasi kemiskinan, tidak hanya memberikan subsidi ini dan itu karena hanya memberi ikan tanpa mengajari memancing. Jika hanya begitu masyarakat Indonesia semakin tidak mengerti pentingnya bekerja dan bergantung sepenuhnya kepada pemerintah. Hal tersebut juga menghamburkan dana APBN yang semestinya dapat dikelola dengan baik dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya.
-          Harusnya SBY membuat suatu kebijakan yang sangat tegas kepada para pelaku yang dinyatakan korup, seperti hukuman mati agar dapat menimbulkan efek jera bagi yang lain. Kebijakan ini telah diterapkan di Cina dan terbukti mengurangi angka korupsi disana.
-          SBY membuat hubungan yang bagus di lembaga-lembaga Internasional terutama Amerika dengan tanpa disadari kekayaan sumber daya alam kita habis di jarah mereka, mulai dari PT. Freeport, tambang dan kekayaan alam di Kalimantan, sumatera dan lainnya. Dalam hal ini seharusnya Indoesialah yang mempekerjakan mereka dan bukan sebaliknya sehingga keuntungan dari kekayaan ini tidak masuk ke kantong para para kolonial halus tersebut.
-          Pada kabinet Indonesia bersatu Jilid II, sudah seharusnya para Mentri diuji dengan ketat agar tidak menimbulkan konflik politik berkepanjangan yang menyebabkan angka kepercayaan masyarakat menurun drastis. Dengan begitu tidak perlu ada reshuffle besar-besaran yang mengurangi masakerja pemerintahan. Agar masa pemeritahan yang hanya empat tahun dapat menjadi masa pemerintahan dengan kebijakan dan kinerja yang lebih efektif.


[1] M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya; Usaha Nasional), hal: 59
[2] Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hal: 366
[3] M. Habib Mustopo, Ilmu Budaya Dasar … hal: 60-61
[4] Joko Widagdho dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal: 141-142
[5] Munandar soelaeman, Ilmu social dasar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hal: 279-280
[6] Munandar soelaeman, Ilmu social dasar… hal: 280
[7] Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an… hal: 367
[8] Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an… hal: 369
[9] Munandar soelaeman, Ilmu social dasar… hal: 281

KOMPATIBILITAS SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DENGAN TEKS AL-QUR’AN

Oleh : Lutfiyatun Nakiyah PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Sistem politik pemerintahan berkembang demikian pesatnya dari masa...