Rabu, 24 Juli 2013

GELISAH DAN HARAPAN by Lutfya Naqya

[Rangkuman IBD] Manusia Dan Harapan
A. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan.Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan – pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing.Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.
B. Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial.Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat.Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup.Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.     Dorongan kodrat, ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
2.    Dorongan kebutuhan hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a)      Kelangsungan hidup (survival)
b)      Keamanan (safety)
c)      Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)      Diakui linkungan (status)
e)      Perwujudan cita – cita (self actualization)

C. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal – hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan:
·         Ia tidak percaya pada diri sendiri.
·         Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.
·         Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.
·         Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
D. Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1.     Kepercayaan pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya dapat menang, dirinya mampu mengerjakan apa yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2.    Kepercayaan kepada orang lain, dimana orang percaya terhadap kata hati, perbuatanya sesuai atau terhadap kebenaran orang lain.
3.    Kepercayaan kepada pemerintah, karena pada dasarnya negara berorientasi pada Tuhan dan kepentingan rakyat, sudah seharusnya kalau sebagai warga negara mempercayai pemerintah / negara.
4.    Kepercayaan kepada Tuhan, merupakan hal yang sangat penting percaya kepada Tuhan. Dikarenakan keberadaan manusia yang tidak dengan sendirinya melainkan diciptakan oleh Tuhannya.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya.Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
1.     Meningkatkan ketakwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
2.    Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
3.    Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan dan sebagainya.
4.    Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
5.    Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah dan sebagainya

A. PENGERTIAN KEGELISAHAN
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas.Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang yang tidak tenteram hati maupun perbuatan, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan dapat diketahui dari gejala tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangan, duduk termenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung, dan malas bicara.
Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik, dan kecemasan moril.
a). Kecemasan obyektif
Pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau bahaya dunia luar.Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
b). Kecemasan neorotis (syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni:
1.     Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, dan orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.
2.    Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya.
3.    Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id, meskipun ego dan superego melarangnya.
c). Kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang.Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi, antara lain iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, dan rasa kurang.
Rasa iri, benci, dengki, dendam merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu, sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain. Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.
§  SEBAB-SEBAB ORANG GELISAH
Sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya.Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
§  USAHA-USAHA MENGATASI KEGELISAHAN
1.     Mulai dari diri kita sendiri, yaitu bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga segala kesulitan dapat kita atasi.
2.    Memasrahkan diri kepada Tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepada-Nya. Kita harus percaya bahwa Tuhan Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun.
B. KETERASINGAN
Katerasingan berasal dari kata terasing, dan dari kata dasar asing.Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Jadi kata keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga ia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat. Perbuatan iti misalnya mencuri, memperkosa, mengganggu istri orang, menghina orang, dan sombong.
C. KESEPIAN
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman.
§  Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian.Salah satunya frustasi. Dalam hal itu, orang tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan lebih senang hidup sendiri. Orang yang frustasi itu bersikap rendah diri, sengaja menjauhi pergaulan ramai.Orang yang bersikap rendah diri, pemalu, minder, merasa dirinya kurang berharga dibanding orang lain, maka orang itu lebih suka menyendiri.Karena menyendiri itu mengakibatkan kesepian.
D. KETIDAKPASTIAN
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas.Ketidakpastian artinya keadaan yang tidak pasti, tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, keadaan tanpa arah yang jelas, keadaan tanpa asal-usul yang jelas.
§  Sebab-sebab terjadi ketidakpastian
Orang yang pikirannya terganggu tidak dapat berpikir secara teratur, apalagi mengambil kesimpulan.Dalam berpikir, manusia selalu menerima rangsang-rangsang lain, sehingga jalan pikirannya menjadi kacau oleh rangsang-rangsang baru. Kalau toh ia dapat berpikir baik akan memakan waktu yang cukup lama dan sukar. Beberapa sebab orang tak dapat berpikir dengan pasti ialah:
1.     Obsesi
Gejala neurosa jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tak diketahui oleh penderita.Misalnya, selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia.
1.     Phobia
Rasa ketakutan yang tak terkendali, tidak normal, kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab-sebabnya.
1.     Kompulasi
Adanya keragu-raguan tentang apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari melakukan perbuatan yang serupa berkali-kali.
1.     Histeria
Neorosa jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, sugesti dari sikap orang lain.
1.     Delusi
Pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan suatu keyakinan palsu. Delusi ada tiga macam, yaitu:
a) Delusi persekusi ;Menganggap keadaan sekitarnya jelek.
b) Delusi keagungan ;Menganggap dirinya orang penting dan besar.
c) Delusi melancholis ;Merasa dirinya bersalah, hina, dan berdosa.
1.     Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera.Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakai obat bius.Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan dasarnya, sehingga dengan timbulnya halusinasi dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
1.     Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang sangat berpengaruh oleh emosinya. Ini nampak pada keseluruhan pribadinya, antara lain gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu gembira dengan gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara.Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, termenung, dan menyendiri.
§  Usaha-usaha penyembuhan ketidakpastian
1.     Untuk dapat menyembuhkan keadaan itu tergantung kepada mental penderita. Andaikata penyebab sudah diketahui, kemungkinan juga tidak dapat sembuh. Bila hal itu terjadi, maka jalan yang paling baik bagi penderita ialah diajak atau pergi sendiri ke psikolog.
2.    Bila penyebabnya itu jelas, misalnya rindu, obatnya mudah, yaitu dipertemukan dengan orang yang dirindukan.
3.    Phobia atau jenis takut bisa dilatih dari sedikit, sehingga tidak takut lagi.
4.    Orang yang bersikap sombong atau angkuh,bila mengalami musibah baru berkurang kesombongannya, tetapi mungkin tidak. Andaikata mereka sadar, kesembuhan itu adalah karena pengalaman. Jadi yang menyembuhkan adalah masyarakat sekitarnya dan dirinya sendiri.

IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI


oleh: Lutfyatun Nakiyah (08210334) 

IDENTITAS NASIONAL DAN GLOBALISASI

  1. Pengertian Identitas Nasional
Kata “identitas” berasal dari kata identity berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Nasional sendiri menunjukkan pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan, cita-cita, dan tujuan. Jadi makna dari identitas nasional ialah suatu ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakan dari bangsa lain. Secara umum, unsur-unsur yang terkandung dalam suatu identitas nasional ialah:
-      Pola prilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya adat istiadat, ramah-tamah, gotong royong dan lain sebagainya.
-      Perlambangan. Ada suatu tujuan bersama yang ingin dicapai dan fungsi Negara. Hal ini diwujudkan dalam bentuk lambing-lambang nasional. Semisal bendera, bahasa pemersatu dan lagu kebangsaan.
-      Alat-alat perlengkapan. Alat-alat untuk mencapai tujuan bangsa ini semisal teknologi, masjid, gereja, wihara, pakaian adat, kapal laut dan pesawat terbang.
-      Tujuan ini bisa beragam dari yang sifatnya dinamis seperti kebudayaan yang unggul prestasi dalam bidang tertentu hingga tujuan bersama misalnya yang tertuang di UUD 45 pada Pembukaannya yakni kecerdasan dan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.

  1. Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional
1.    Sejarah.
Sebelum menjadi Indonesia, wilayah geografis daerah Indonesia dahulu merupakan wilayah Nusantara yang pernah mengalami kejayaan di dua kerajaan yakni Majapahit dan Sriwijaya. Kebesaran yang dan semangat perjuangan tersebut telah membekas pada rakyat Nusantara untuk membebaskan diri dari penjajahan colonialism. Sejarah ini turut menyatukan semangat ke-Indonesia-an yang terbentuk.
2.    Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang membentuk dentitas nasional ialah akal budi, peradaban dan pengetahuan. Akal budi dapat terlihat pada sikap ramah tamah,  unsur identitas peradaban tercermin mealui kesepakatan para pendiri Negara megenai Pancasila sebagai suatu nilai-nilai kebersamaan, dan pengetahuan ini bisa dimisalkan pada keandalan Indonesia membuat kapal Pinisi di masalalu dimana hal tersebut tidak ditemukan di bangsa lain.
3.    Suku bangsa
Tradisi Indonesia yang sedari dulu hidup berdampingan dengan berbagai kemajemukan terutama dari suku atau etnis menghantarkan Indonesia mampu menyatukan ini dan membentuknya menjadi suatu tataran identitas baru dengan semangat nasionalisme dan kebersamaan.
4.    Agama
Selain unsur etnis yan beragam, agamapun demikian adanya. Tidak ada satu keharusan untuk memeluk agama apapun oleh pihak yang berkuasa. Hal ini membuat wilayah Nusantara (saat itu) tetap bisa beradaptasi dengan baik dan rukun.
5.    Bahasa
Kalau persoalan budaya, adat istiadat ialah hal yang krusial dan tidak terdapat berbagai konflik besar, maka lebih mudah lagi dalam hal menjalin kemajemukan dan toleransi bahasa. Bahasa Indonesia sendiri merupakan kesepakatan bersama yang tertuang pada Sumpah Pemuda 1928 agar memiliki satu bahasa lingua franca yani yang dapat menghubungkan satu bahasa ke bahasa yang lain.

  1. Globalisasi dan Ketahanan Nasional
Globalisasi merupakan fenomena yang berwajah majemuk. istilah globalisasi sering diidentikkan dengan internasionalisasi, liberalisasi, Universalisasi, westernisasi, de-Teritirialisasi: perubahan dan ketakterbatasan wilayah geografis disebabkan teknologi sehingga ruang social menjadi semakin luas dan tanpa sekat ruang. Jadi, secara umum globalisasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dan factor-faktor yang terjadi akibat transkulturasasi dan perkembangan teknologi modern.
Sebagai efek dari teknologi dan globalisasi maka terjadi peningkatan keterkaitan antaraseseorang dengan lainnya, satu bangsa dan bangsa lainnya sehingga menggiring dunia ke arah pembetukan deaa global (Global village). Hal senada terjadi tidak hanya dibidang informasi, dan ekonomi, namun meluas sampai pada tataran social-politik suatu bangsa.
Ketahanan bangsa disini berarti kondisi dinamis suatu bangsa dimana keuletan dan ketangguhan suatu bangsa mampu menghadapi berbagai persoalan yang terjadi termasuk persoalan globalisasi. Dalam hal ketahanan bangsa saat ini setidaknya terdapat peluang dan tantangan dalam berbagai bidang yang menjadi pokok persoalan:
  1. Bidang politik.
a.      Demokrasi yang menjadi sistem politik sekarang apakah sudah mampu mewujudkan dan mengaspirasi suara rakyat dan kesejahteraan.
b.     Politik luar negri yang bebas dan aktif
c.      Good government yang ditandai dengan prinsip partisipasi, transparasi, rule of law, responsive, efektif serta efisien.
  1. Ekonomi
a.    Menjaga kestailan ekonomi makro dengan menstabilkan nilai tukar rupiah
b.    Menyediakan lembaga-lembaga ekonomi modern, seperti pasar modal dan perbank-an
c.    Mengeksploitasi sumber daya alam secara proporsional dan tidak merusak alam.
  1. Social-budaya
a.    Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia melalui demokratisasi pendidikan
b.    Penguasaan dan pemanfaatan teknologi
c.    Menyusun kode etik dan standarisasi profesi sesuai dengan karakter bangsa.

  1. Multikulturalisme: antara Nasionalisme dan Globalisasi
Istilah multikulturalisme mulai digunakan orang sekitar tahun 1950-an di Kanada untuk menggambarkan masyarakat Kanada di perkotaan yang multikultural dan multilingual. Multi sendiri bermakna banyak, kultur ialah kebudayaan dan Isme ialah faham. Secara umum arti dari multikulturalisme suatu pemahaman ataupun faham yang mampu menyandingkan berbagai perbedaan baik etnis maupun tidak dalam upayanya hidup berdampingan dengan damai. Jadi karakter masyarakat multicultural ialah tingginya toleransi terhadap perbedaan itu sendiri.
Kaitan multikulturalisme dengan nasionalisme dan globalisasi ialah bahwa ia merupakan jawaban bagi penyatuan kedua faham yang terlihat berbeda tersebut. Bagaimana semangat nasionalisme terkadang menghanyutkan kita terhadap budaya dan segala sesuatu yan berasal dari luar seperti faham-faham globalisasi, sekularisasi dan lainnya.
Berbagai tahapan semangat dan faham nasionalisme muncul seiring dengan perkembangan sejarah pembentukan Negara Indonesia. semangat nasionalisme di tahap permulaan yakni mengusir penjajah tentu tidaklah mesti disamakan di era sekarang misalnya dengan mengusir segala pengaruh dari luar Indonesia. karnanya selain memperkuat dan mengenali secara pasti identitas bangsa, kemudian prinsip Pancasila yang cukup traumatic di era Orde Lama, lalu menelaah problem dan faham-faham asing secara cermat dan cerdas barulah memula suatu konsep kenegaraan yang mengedepankan identitas dasar Indonesia demi kesejahteraan Negara.
Multicultural merupakan suatu tawaran konkrit yang diajukan beberapa kaum intelektual termasuk diantaranya Azyumardi azra dan Komaruddin Hidayat dalam upayanya membangun Indonesia. Menurut beliau konsep multicultural ini hanya mungkin terwujud bila:
Pertama: konsep multicultural ini difahami secara luas oleh masyarakat Indonesia serta ada keinginan untuk mengadopsinya sampai pada taraf pedoman nasional.
Kedua: kesamaan pemahaman mengenai multicultural.
Selain itu, ada 5 hal pnting juga yang dikemukakan para pakar mengenai hubungan multiculturalisme dengan Pancasila sebaga suatu kesatuan. Yaitu:
1.    Multikulturalisme ialah suatu pandangan yang berorientasi praktis, yakni menekankan perwujudan ide dalam tindakan.
2.    Multikulturalisme harus menjadi Grand Strategy  masa depan khususnya dibidang penddikan nasional yang menekankan learning by doing, jadi tidak semata-mata kognitif dan teori. Agar umur pemikiran dan perembangan ide juga menjadi lebih panjang dalam kaitannya dengan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat.
3.    Memposisikan multikulturalisme sebagai perwujudan Pancasila. Jadi prioritas utama dalam membangun bangsa ialah integrasi bangsa yang bertumpu pada kebudayaan.
4.    Multikulturalisme menjadi sebuah ruh dan semangat toleransi antara kebudayaan yang berdampingan. Karna dalam konteks empiris, pancasila belum cukup menjelaskan batasan-batas kebudayaan.
5.    Perubahan dari cara pandang masyarakat majemuk (dimana dominasi masih dilihat setidaknya sebagai prioritas) menjadi multikulturalisme dalm memangdang Pancasila. Dan ini diperlukan dua syarat: pertama: harus memiliki pemahaman yang mendalam dalam multikulturalisme yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Kedua: kebijakannya mesti berjangka panjang dan konsisten.
Pada akhirnya, masyarakat multicultur nampaknya relevan dengan bagi penegasan kembali sebuah identitas bangsa Indonesia yang inklusif dan toleran namun dengan tetap berpedoman mengakar pada nila-nilai ke-Pancasila-an. Dengan demikian msyarakat tersebut mampu membawa Indonesia pada taraf demokrasi yang madani dan kemajemukan masyarakat Indonesia dapat menjadi modal bagi pengembangan masyarakat multikulturalisme ini.

KESIMPULAN
-      Identitas nasional ialah suatu ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakan dari bangsa lain.
-      Unsur-unsur identitas terdiri dari sejarah, kebudayaan, agama, suku Bangsa dan bahasa.
-      Globalisasi secara umum bermakna perubahan dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dan factor-faktor yang terjadi akibat transkulturasasi dan perkembangan teknologi modern.
-      Arti dari multikulturalisme suatu pemahaman ataupun faham yang mampu menyandingkan berbagai perbedaan baik etnis maupun tidak dalam upayanya hidup berdampingan dengan damai. Multikulturalisme merupakan suatu tawaran konkrit untuk membangun Indonesia menemukan kembali Identitas nasionalnya dan menghubungkannya dengan Pancasila sebagai dasar bagi didirikannya Negara Indonesia.

Daftar Pustaka
Hidayat, Komaruddin dan azra, azyumardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Prenada Media Group, 2008

KOMPATIBILITAS SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA DENGAN TEKS AL-QUR’AN

Oleh : Lutfiyatun Nakiyah PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Sistem politik pemerintahan berkembang demikian pesatnya dari masa...